My Library
Kamis, 15 Oktober 2015
Sabtu, 26 September 2015
Curhatan Remaja : Jangan Sok Dewasa ~~
Assalamu'alaikum warrahmatullahi wabarakatuh...
Yo! Sepertinya sudah berabad-abad, blog ini kutinggalkan. Lihat saja, banyak sekali sarang laba-laba dan debu di halaman beranda blog ini. (He He He..)
Untuk kali ini, postingnya tentang curhatan aja lah ya ~ berhubungan dengan susahnya mencari otaku yang berdarah dingin sepertiku...wuahahahaha...(abaikan.. :p)
Menginjak usia yang lebih dewasa, pasti bermakna bagi setiap orang. Pasti pingin dilihat sisi bijaknya oleh orang lain. Entah pengen dilihat temen, orang tua, pacar, atau masayarakat. Tapi perlu diperhatiin, jadi 'dewasa'-nya harus bener! Jangan asal-asalan!
Contoh, kalian punya teman laki, dia berperawak tinggi dan wajahnya keliatan sangat dewasa. Dia ngaku-ngaku sudah dewasa, karena punya wawasan yang luas. Tapi wawasan tentang apa dulu nih...kalo tau-nya tentang hal-hal yang berbau porno, atau kalo bahasa anak otaku-nya 'hentai'...itu sih bukan dewasa namanya!
Dewasa atau istilah yang sering kita temuin di buku fiqih, balig, artinya tahapan dimana seseorang sudah bisa membedakan yang mana yang benar dan yang mana yang salah, atau tamyiz. Cia elah...tapi bukan berarti sotoy, orang-orang pasti kesel sama yang namanya "Sotoy".
Kalo sudah dewasa, pasti sudah bisa membagi waktu kegiatannya setiap hari, mampu memberi saran yang bagus untuk teman (bukan mengajak ke kemaksiatan ya~) yang sedang kesusahan, menghormati orang yang lebih tua, dan juga menjaga sikapnya agar tidak memberi contoh yang buruk.
Beda dengan Jaim atau Jaga Image...! Kalo itu, menurutku terlalu lebay, mentang-mentang pengen dibilang jantan, cool atau sok keren.
Okeh...kayaknya cuma bisa sampe sini deh..pendek banget ya? Biarin lah, yang penting bisa berbagi ilmu meskipun hanya sedikit. Kan bagus kalau bisa memanfaatkan dunia maya untuk kebaikan. Sampe ketemu lagi ya~
Yo! Sepertinya sudah berabad-abad, blog ini kutinggalkan. Lihat saja, banyak sekali sarang laba-laba dan debu di halaman beranda blog ini. (He He He..)
Untuk kali ini, postingnya tentang curhatan aja lah ya ~ berhubungan dengan susahnya mencari otaku yang berdarah dingin sepertiku...wuahahahaha...(abaikan.. :p)
Menginjak usia yang lebih dewasa, pasti bermakna bagi setiap orang. Pasti pingin dilihat sisi bijaknya oleh orang lain. Entah pengen dilihat temen, orang tua, pacar, atau masayarakat. Tapi perlu diperhatiin, jadi 'dewasa'-nya harus bener! Jangan asal-asalan!
Contoh, kalian punya teman laki, dia berperawak tinggi dan wajahnya keliatan sangat dewasa. Dia ngaku-ngaku sudah dewasa, karena punya wawasan yang luas. Tapi wawasan tentang apa dulu nih...kalo tau-nya tentang hal-hal yang berbau porno, atau kalo bahasa anak otaku-nya 'hentai'...itu sih bukan dewasa namanya!
Dewasa atau istilah yang sering kita temuin di buku fiqih, balig, artinya tahapan dimana seseorang sudah bisa membedakan yang mana yang benar dan yang mana yang salah, atau tamyiz. Cia elah...tapi bukan berarti sotoy, orang-orang pasti kesel sama yang namanya "Sotoy".
Kalo sudah dewasa, pasti sudah bisa membagi waktu kegiatannya setiap hari, mampu memberi saran yang bagus untuk teman (bukan mengajak ke kemaksiatan ya~) yang sedang kesusahan, menghormati orang yang lebih tua, dan juga menjaga sikapnya agar tidak memberi contoh yang buruk.
Beda dengan Jaim atau Jaga Image...! Kalo itu, menurutku terlalu lebay, mentang-mentang pengen dibilang jantan, cool atau sok keren.
Okeh...kayaknya cuma bisa sampe sini deh..pendek banget ya? Biarin lah, yang penting bisa berbagi ilmu meskipun hanya sedikit. Kan bagus kalau bisa memanfaatkan dunia maya untuk kebaikan. Sampe ketemu lagi ya~
Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh...
-AnimeloverAlma out
Jumat, 22 Agustus 2014
Naruto Sneak Peek Picture!
Hai semua, ini Animelover! Aku mau bagi-bagi foto Naruto Movie 10 "The Last" bagi kalian yang penasaran, lihat saja!
Kamis, 07 Agustus 2014
Kon'nichiwa, Naruto-sensei!! Fanfic Chap.1
Kon'nichiwa subete, watashi wa Animelover! (artinya : Hai semua, ini aku Animelover!)
Kali ini aku buat fanfiction tentang naruto lho! Tapi, ceritanya berbeda. Ini menceritakan tentang Naruto yang sudah mencapai level jounin, yaitu level persis dibawah hokage! Di fanfic ini, dikisahkan Naruto akan menjadi seorang guru, (bernasib sama seperti Guru Kakashi...) ia harus menghadapi anak-anak gennin yang baru saja lulus dari akademi. Apakah Naruto bisa menerima tantangan itu? Penasaran 'kan? Oh ya...di cerita ini, semua Naruto & teman-temannya sudah berusia sekitar 20-an, wah...mereka sudah dewasa, tapi sifat mereka masih sama kok, tenang saja! Eitss..itu berarti, Guru Kakashi dan guru-guru yang lain sudah tua dong? daripada penasaran, mendingan baca aja dehh...
(kisah ini terjadi 5 tahun setelah Perang Dunia Ninja ke-4...dan untuk kalian yang masih belum mengerti tentang kisah ini, akan ada penjelasan di akhir chapter! ^_^) Aku membuat ceritanya dengan bahasa inggris dulu ya, nanti dibawahnya ada translation : terjemahannya kok! tenang saja!
Kon'nichiwa, Naruto-sensei!!
Chapter 1 : Konoha's Newest Shinobi!
"I never thought this day would come .." Naruto muttered to himself. The wind blows in peace, and the sun shining brightly, it looks like today will be a very supportive day. Naruto, who is now 21 years old, looks very mature, but he has not changed at all. He is still a shinobi who sometimes childish and stupid, but some part of him has changed. He has become a Jounin, the highest level in the list of shinobi, (technically ... the highest level is the Hokage, but it is not level, but rather a title).
He quickened his pace, he does not want to be late on his first meeting as a jounin. Shikamaru said, all the jounin will gather at the Hokage's tower, to discuss the division of the team that will be led by each jounin.
_-_-_-_-_-_- 20 Minutes Later_-_-_-_-_-_-_-
"Hey Naruto! Good morning buddy!" Kiba greeted friendly. "Hey Kiba, good morning! Good morning to you too, Akamaru!" Naruto reply to greet. Akamaru barked at Naruto, in return for greeting. Inside the room there are all the people, more specifically, the Jounin. Many of Naruto's friends has becomes a Jounin, as an example: Shikamaru, Shino, Chouji, Ino, Hinata, Kiba, Lee, Tenten, and Sakura, (but, Sakura prefer to become a medic kunoichi who worked at the hospital). Although, there is someone who seems to be expected but did not come. "Hey Shikamaru, where's Sasuke?" Naruto whispered. "Oh, Sasuke...he won't come, because he still has something to do with the ANBU," Shikamaru whispered back to the spiked and blonde haired jounin.
Suddenly, a blonde woman aged around 50s walked into the room along with a man whose hair is tied up and already had a little gray in his hair and a scar on his face. The man seems to carry important files in his hand. "Good morning all," says the blonde woman. "Good morning, Hokage-sama!" simultaneously the Jounins reply to her.
"As you all know, we are here to discuss the division to each team, the jounin who has been notified of his team will be fully responsible and educate the members of the team, and I hope you will soon meet with the students in your team." The Hokage explained to the jounin. All noded (acknowledgment). "The rest, Iruka will explain in more detail." Tsunade said firmly together. "As it has been described by Tsunade-sama, each one of you will be given the responsibility of taking care of the team, I would mention the name of jounin and also the name of the team that will be led." Iruka-sensei explained carefully. Naruto gulped nervously. He really did not think that he would be a sensei who lead a team. "Shikamaru Nara, team number 10!" Iruka-sensei call with a rather loud voice, (so that his voice can be heard). Shikamaru chuckled. "Who would have thought, I will lead the team with the same number as my team," he said with a smile. "Kiba Inuzuka, team number 9!" Iruka-sensei call. "What?! Me?" Kiba seems surprised. "Rock Lee, team number 8!" Iruka-sensei call. "Yoshh !! Number eight is my lucky number!" Lee exclaimed. "Naruto Uzumaki, team number 7!" after that call, Naruto was silent as a statue. I will lead the team with the same number of my old team, inner Naruto. "That's a luck sign", he muttered.
-_-_-_-_-_-_- After The Meeting-_-_-_-_-_-_-
Naruto was about to walk into a bookstore, but when in front of the store, he met Kakashi-sensei. "Oi Kakashi-sensei!" Naruto calls can not be avoided. Kakashi immediately turned around and, "Oh..hey Naruto!" Kakashi smiled while waving his right hand on Naruto. "Kakashi-sensei, why don't you join the meeting earlier?" Naruto ask, astonished. Kakashi smiled. "The meeting was just for the young Jounin that was involved," he explained. "But sensei, you look young enough," Naruto said soothingly. Kakashi just chuckled. "Heh, I accept that compliment..but specifically for the jounin who would be chosen to lead the team gennin." Kakashi said. Naruto was a little flinched. "Oh yes ... it reminds me of one thing, are you chosen to be the leader of a team?" asked Kakashi. Naruto gave a small nod. "Why are you sad? You should be proud of being chosen to be a sensei," Kakashi turns now, entertain his old pupil. "Kakashi-sensei, can we talk in privacy?" he asked. Kakashi nodded, then left the book he was reading earlier.
-_-_-_-_-_-_- On top of the Hokage Monument-_-_-_-_-_-
"So, why did you choose this place to talk?" asked Kakashi, who was sitting on the head of the fourth Hokage (Minato). "Why? Are you afraid of heights?" Naruto teased. Kakashi chuckled. "I was never told this to anyone, yes indeed ... I'm afraid of heights" he replied. Naruto laughed out loud at his sensei admits fears.
"Sorry, you should have said it earlier," said Naruto who still could not help laughing. "I chose this place, because only in this place that I can clear my mind and can relax" he explained. Naruto chuckled, "this seems a little funny, relax on the head of a statue of your old man," he joked. Kakashi was silent and listen to what Naruto said. "Listen Naruto, I know that there is something bothering you, tell me, who knows if I can help" said Kakashi. "I appreciate it, thank you .." Naruto said, smiling at his sensei. "Actually, there's something bothering me lately," he explained. "I'm afraid," said Naruto. Kakashi flinched slightly. "Afraid? Against what?" asked Kakashi. "I'm afraid I'm not going to be a great sensei," he said. Kakashi flinched once again. "I'm afraid, I'm afraid if I can't teach my students or if I couldn't be a great sensei for them." Naruto said, looking up at the sky. "I don't deserve to be a sensei" he said. Kakashi smiled, "Naruto, don't you ever doubt yourself, you have the potential to teach, You have everything you need to teach a student, your experience in some missions can be used as inspiration for them, you can make all the changes, and the most important thing is .... you never gave up, You even among those who are very fit to be a teacher!" Kakashi cheered his old pupil. Naruto who heard all this, immediately evokes a smile to his old sensei. Kakashi smiled back. "Thank you, sensei!" said the blonde jounin. "Anytime,"
"This paper contains the locations where you will meet with your students," said Iruka-sensei passing out the paper in question.
"Sorry, you should have said it earlier," said Naruto who still could not help laughing. "I chose this place, because only in this place that I can clear my mind and can relax" he explained. Naruto chuckled, "this seems a little funny, relax on the head of a statue of your old man," he joked. Kakashi was silent and listen to what Naruto said. "Listen Naruto, I know that there is something bothering you, tell me, who knows if I can help" said Kakashi. "I appreciate it, thank you .." Naruto said, smiling at his sensei. "Actually, there's something bothering me lately," he explained. "I'm afraid," said Naruto. Kakashi flinched slightly. "Afraid? Against what?" asked Kakashi. "I'm afraid I'm not going to be a great sensei," he said. Kakashi flinched once again. "I'm afraid, I'm afraid if I can't teach my students or if I couldn't be a great sensei for them." Naruto said, looking up at the sky. "I don't deserve to be a sensei" he said. Kakashi smiled, "Naruto, don't you ever doubt yourself, you have the potential to teach, You have everything you need to teach a student, your experience in some missions can be used as inspiration for them, you can make all the changes, and the most important thing is .... you never gave up, You even among those who are very fit to be a teacher!" Kakashi cheered his old pupil. Naruto who heard all this, immediately evokes a smile to his old sensei. Kakashi smiled back. "Thank you, sensei!" said the blonde jounin. "Anytime,"
-_-_-_-_-_-_- The Next Morning-_-_-_-_-_-_-
"This paper contains the locations where you will meet with your students," said Iruka-sensei passing out the paper in question.
Naruto also received one of the papers, and he looked at the paper. "Meet at the academy, huh? It really brings back memories," he muttered. "Naruto, where did you meet your students?" Kiba asked. "I'll meet them at the Academy, you?" Naruto asked turning. "You're lucky, you don't need to bother looking for a place. I have to meet them in the middle of the forest!" again, the young Inuzuka complained. Naruto chuckled. "Looks like I will be in the same boat with Kakashi-sensei," he said.
-_-_-_-_-_-_- At The Academy-_-_-_-_-_-_-
"This is ridiculous! We were forced to wait for our new sensei in this class?! I thought we would go to different places!" complained a red-haired boy. The red-haired boy wearing a white shirt bearing the symbol of his clan and a maroon jacket mixed with black, he wore black pants, and at the waist there is a small bag containing special weapons for ninja. (As shared by all shinobi).
"Come on, Shori! Don't complain, the new sensei may still have some unfinished business before going to meet us," said a girl who has long brown hair tied up (like Ino) and has bangs are not too long. She wore a dark blue shirt with the symbol "hidden leaf village" on the front, combined with a black bolero and skirt she wore special kunoichi soft blue skirt and black shorts in it (like Sakura). Just as her friend, at the waist there is a bag containing the weapons. The girl folded her arms and glared towards her red-haired friend.
"Yeah she's right, so stop complaining bird brain!" Another boy taunted. Gray-haired boy (like Kakashi), wear long-sleeved shirts in dark brown with symbols "hidden leaf village". Gray-haired boy was wearing black shorts and waist are the same bag as the others. He looks more mature than the red-haired boy earlier.
"I already know that!! But I can't wait to get a mission, so I can be the strongest shinobi in this village!" exclaimed the red-haired boy. The girl with long hair shaking her head and she sighed, "Do you really expect that the Hokage will give a mission to children who recently graduated from the Academy?! You pinhead!" The girl seems to have lost patience. Now it turns gray haired boy who speaks. "Shori, rather than for you to complain, you better re-check your weapon!" just like the girl, he also lost patience. "Wow, thanks for supporting me!" said the red-haired boy, very sarcastic. "You know, actually ... besides can't wait to start training, I was nervous too," the red-haired boy was admitted. His friends fell silent. "Me too," recognition of the gray haired boy. "Don't misunderstand me, I'm nervous too" recognition of the long-haired girl also heard. "Don't worry, we'll face this together as a team!" girl giving spirit. Both these boys nodded firmly.
Suddenly, the red-haired boy taking a blackboard eraser on the teacher's desk. "What are you doing?" asked the gray haired boy. "I'm going to make a harmless little prank, for our sensei." red-haired boy whispered as he put the eraser on top of the door so that when someone comes in, eraser it will fall squarely on his head. The girls smacked red-haired boy's head. "You idiot! We must honor our sensei, instead of making a trap for him!" shouted the girl. Red-haired boy winced in pain, "Ouucchhh .. !! Aiko-chan, why did you do that?"
"Since you've gone too far, so I decided to smacked you!" the girl still could not contain her emotions. "Relax Aiko, anyway our sensei will not fall into little prank like that .." said the gray-haired boy.
Suddenly at that moment, someone opened the door! But the prank wasn't successful, the blackboard eraser fell first before the person entered. The three children were very surprised, and they watched him. Figure of a blond jounin higher than the three of them with a somewhat spiked hair, wearing a green vest jacket with a black short sleeve shirt, wearing black pants and on his forehead protector shows the symbol of the "hidden leaf village". The blonde jounin it does not say anything about the blackboard eraser when it fell, he seemed just a little surprised.
"Awww man! ... it doesn't work!" shouted the red-haired boy. "You idiot! Keep your attitude, he's a jounin!" whispered the girl. "We deeply apologize for this, one of our friends was very foolish to make this trap," the gray haired boy apologize and bow. Is this our new sensei? He looks like a fool, said the gray haired boy in mind. Is this true this is our new sensei? I'm not sure, the girl also spoke in her mind. Geez, I better go to sleep than to be taught by this dumb blonde!, especially red-haired boy, he seems to also speak on his mind.
Naruto's POV
Oh boy! First day of introduction and I already been pranked, looks like this is the kids I'll be teaching, but they do seem look like a total idiot, especially the one with the red hair. But they surely brings back those memories when the first time me and the others met Kakashi-sensei. Heh, I was the one who pranked him too... Well, better get thing sorted!
"What's this, my first impression of meeting my students is pranked, I'd expect a warm welcome, but instead I get pranked by all of you fools," Naruto said, casually. All of them shocked. "Hey, who are you calling fool! You should look on the mirror!!"chimes the red-haired boy. Naruto sighed. "Well, I guess threre's no need for me to train you to become a shinobi...." Naruto said as he was about wanted to get out of class again.
"No, no, no sensei, just ignore him! Don't go! Please ..." Aiko said with a pleading face. Well you seemed to be a charming student, Naruto sweat dropped.
"Is it true you are our sensei?" asked the boy with a gray colored hair. "Are you guys Team seven?" asked Naruto. All nodded in unison. "So yes, I am your sensei." Naruto replied. All of them are very shocked. "Now, follow me! We will go to the top of the Hokage's Tower!" Naruto command to his disciples. They nodded, and followed the orders of their sensei.
Suddenly, the red-haired boy taking a blackboard eraser on the teacher's desk. "What are you doing?" asked the gray haired boy. "I'm going to make a harmless little prank, for our sensei." red-haired boy whispered as he put the eraser on top of the door so that when someone comes in, eraser it will fall squarely on his head. The girls smacked red-haired boy's head. "You idiot! We must honor our sensei, instead of making a trap for him!" shouted the girl. Red-haired boy winced in pain, "Ouucchhh .. !! Aiko-chan, why did you do that?"
"Since you've gone too far, so I decided to smacked you!" the girl still could not contain her emotions. "Relax Aiko, anyway our sensei will not fall into little prank like that .." said the gray-haired boy.
Suddenly at that moment, someone opened the door! But the prank wasn't successful, the blackboard eraser fell first before the person entered. The three children were very surprised, and they watched him. Figure of a blond jounin higher than the three of them with a somewhat spiked hair, wearing a green vest jacket with a black short sleeve shirt, wearing black pants and on his forehead protector shows the symbol of the "hidden leaf village". The blonde jounin it does not say anything about the blackboard eraser when it fell, he seemed just a little surprised.
"Awww man! ... it doesn't work!" shouted the red-haired boy. "You idiot! Keep your attitude, he's a jounin!" whispered the girl. "We deeply apologize for this, one of our friends was very foolish to make this trap," the gray haired boy apologize and bow. Is this our new sensei? He looks like a fool, said the gray haired boy in mind. Is this true this is our new sensei? I'm not sure, the girl also spoke in her mind. Geez, I better go to sleep than to be taught by this dumb blonde!, especially red-haired boy, he seems to also speak on his mind.
Naruto's POV
Oh boy! First day of introduction and I already been pranked, looks like this is the kids I'll be teaching, but they do seem look like a total idiot, especially the one with the red hair. But they surely brings back those memories when the first time me and the others met Kakashi-sensei. Heh, I was the one who pranked him too... Well, better get thing sorted!
"What's this, my first impression of meeting my students is pranked, I'd expect a warm welcome, but instead I get pranked by all of you fools," Naruto said, casually. All of them shocked. "Hey, who are you calling fool! You should look on the mirror!!"chimes the red-haired boy. Naruto sighed. "Well, I guess threre's no need for me to train you to become a shinobi...." Naruto said as he was about wanted to get out of class again.
"No, no, no sensei, just ignore him! Don't go! Please ..." Aiko said with a pleading face. Well you seemed to be a charming student, Naruto sweat dropped.
"Is it true you are our sensei?" asked the boy with a gray colored hair. "Are you guys Team seven?" asked Naruto. All nodded in unison. "So yes, I am your sensei." Naruto replied. All of them are very shocked. "Now, follow me! We will go to the top of the Hokage's Tower!" Naruto command to his disciples. They nodded, and followed the orders of their sensei.
-_-_-_-_-_-_ On top of Hokage's Tower_-_-_-_-_-
"First of all before we start, I want us to do an introduction," said Naruto. "An introduction?" the girl didn't understand.
"As an example, tell me what are your likes and dislikes, hobbies, and dreams for the future, or something like that," Naruto said with a casual style. All listened attentively. "Let's get started! Ladies first .." Naruto gestured. "Umm .... my name is Aiko Mizushi, what I like is ... I mean the person that I like ... umm ..." Aiko glanced toward the red-haired boy then turned back to her sensei with a tinge of red on her cheeks , she turns blushed. Naruto smiled at the sight. "My hobby is reading books and training, and my dream for the future is, I want to be a medical kunoichi, a good fighter and a very skilled shinobi." she explained. Naruto nodded. I think I see the figure of Sakura-chan in her, he thought. "Alright, you're next." Naruto pointed towards the gray haired boy. "My name is Senshi Taka, the things that I like ... it looks like not much, I just like the latest shinobi weapons, the things I don't like ..... I think this is not important, whereas for my hobbies ... I have lots of hobbies , my dreams for the future .... well I would not call it a dream but ambition, my ambition is to surpass someone, "said the boy. Looks like this kid is a mixture of Kakashi-sensei and Sasuke, Naruto sweat dropped. "You're the last," said Naruto. "Alright! My name is Shori Yamaki, I like ... I mean love ramen and sushi! I don't like people who lie to themselves and the people who give up easily, my hobby is training ninjutsu and taijutsu, because Konohamaru-sensei told me that's my weakness....hehe..and hangouts with my friends, my dream for the future is to become the next Hokage! So be alert to everyone who wants to become a Hokage, they must first defeat me!" said the red-haired boy named Shori. Naruto chuckled. So this is deja vu, huh? he thought. "Alright, now that I know your identity, I'll discuss something important for tomorrow's test." he explained. "Wait a minute spiky-head sensei!" snapped Shori. Naruto sweat dropped again. "Why do you call me spiky-head sensei?" he sighed. "Because I didn't know your name," Shori replied. Naruto flinched slightly."Oh yes you're right! I forgot! My name is Naruto Uzumaki, I like Ichiraku ramen, I don't like ... well it doesn't really matter, my hobbies ... well not important too, and my dreams ... I guess you don't need to know," he said. All of them sweat dropped. "What kind of intoduction is that ?! What you say is only your name and the foods you love!" Shori protest. Naruto put his typical grin, and chuckled again.
"Alright, we all have an introduction, it is time to get serious." Naruto said. All listen carefully. "Tomorrow, you will face a test in order for you can be genin," he explained. "Wait a minute! Aren't we undertake tests at the the Academy?" Aiko asked. "Yes, Aiko-chan is right! Why do we have to follow another stupid test again?!" Shori chimes in protest. While Senshi was listening. "Listen, tests conducted at the Academy is just a test which serves to inform you about how to become a shinobi but that doesn't make you become a Genin, you may have a forehead protector, but it doesn't make you a Genin. The tests we will do is a test which determine whether you're worthy of a Genin title," the blonde jounin explained.
"Tomorrow, gathered at the training ground at 0800 hours, bring all your weapons and make sure that you do not eat breakfast!" Naruto said with a glare. All of them shocked. "Why are we not allowed ?!" Shori protest. Naruto glanced Shori. "Because if you do, during the test ..... vomiting will be the only thing you're doing." he said without hesitation. Shori, Aiko, and Senshi shocked that almost held their breath. "See you tomorrow!" Naruto said, while doing a hand sign, and suddenly he disappeared among the white smoke.
"Great, my first day out of the academy, and I once again have to face another dumb test!" Shori complained. "C'mon, do not be a slacker!" Aiko encourage her red-haired friend. "If you want to become Hokage one day, first you have to become a genin then became a chuunin, a jounin, and finally appointed as a Hokage!" Aiko exclaimed. "Shori Come on, let's go train!" she asked. "Maybe later, Aiko-chan. I want to have lunch first, then I'll go train." Shori said with a lazily tone. He put his hands behind his head, walking while humming lazily. "You are a slacker, no wonder. I'll beat you without having to train." taunted Senshi, arrogantly. His step stopped hearing taunts from the gray haired boy. Then turned with a flash. "Listen, you don't have the right to set my life like that! I can do whatever I want! And I also wouldn't be defeated by a smartass like you!" yelled Shori. His gaze did not escape from the face of the gray haired boy. He stood there facing his rival with his hands clenched and trembling with anger. "Oh yeah? Because only with one blow of my hand, you'll bounce away from my face!!" reply Senshi, which now his emotions are already hooked. Shori and Senshi both angrily growled.
Aiko just stand beside their in silence. Shori and Senshi each took a kunai in the pouch found in their waist. They attacked each other with kicks and punches, clashing their kunai and shuriken throwing towards each other. Shori began performing hand seals, "Fire Style: Fireball Jutsu!" Instantly there is a ball shaped fire chakra out from Shori's mouth. The fire ball shot towards the Senshi. With quick reflexes, Senshi perform hand seals and shouted "Earth Style: Mud Wall!" huge mud wall blocking the fireball had just come, and Senshi began making hand seals again. "Earth Style: Mud Wave!" Mud wave speeding towards Shori. "Fire Style: Dragon Flame Jutsu!" Shori exclaimed, huge fire like a dragon-shaped mud destroy waves sent by Senshi. Aiko who viewed this getting anxiously and decided to have to do something.
Both of them still hasn't calm down. They are in a Taijutsu fighting position. Aiko gasp, and it looks like she has an idea. Shori launched a hard blow on Senshi, while Senshi launched a kick at Shori. But in the midst of it, Aiko appears, compose them. Aiko was in a position which is very surprising. Her right hand holding a blow from Shori and her left hand holding a kick from Senshi. This is all thanks to her excellent Taijutsu.
"Can you two quit it !!" Aiko shouted. "I know you guys are rival, but this is not the right time to fight!" Aiko advices. Senshi and Shori turned towards Aiko. Both of them marveled at Aiko's Taijutsu skills. "Well, now it's time for lunch. Shori is correct, it's impossible if we train on an empty stomach." Aiko said. "So we'd better go to the food stalls, together!" Aiko embrace her two friends. Senshi and Shori blushed.
"Tomorrow, gathered at the training ground at 0800 hours, bring all your weapons and make sure that you do not eat breakfast!" Naruto said with a glare. All of them shocked. "Why are we not allowed ?!" Shori protest. Naruto glanced Shori. "Because if you do, during the test ..... vomiting will be the only thing you're doing." he said without hesitation. Shori, Aiko, and Senshi shocked that almost held their breath. "See you tomorrow!" Naruto said, while doing a hand sign, and suddenly he disappeared among the white smoke.
-_-_-_-_-_-Hangout in The Forest-_-_-_-_-_-
"Great, my first day out of the academy, and I once again have to face another dumb test!" Shori complained. "C'mon, do not be a slacker!" Aiko encourage her red-haired friend. "If you want to become Hokage one day, first you have to become a genin then became a chuunin, a jounin, and finally appointed as a Hokage!" Aiko exclaimed. "Shori Come on, let's go train!" she asked. "Maybe later, Aiko-chan. I want to have lunch first, then I'll go train." Shori said with a lazily tone. He put his hands behind his head, walking while humming lazily. "You are a slacker, no wonder. I'll beat you without having to train." taunted Senshi, arrogantly. His step stopped hearing taunts from the gray haired boy. Then turned with a flash. "Listen, you don't have the right to set my life like that! I can do whatever I want! And I also wouldn't be defeated by a smartass like you!" yelled Shori. His gaze did not escape from the face of the gray haired boy. He stood there facing his rival with his hands clenched and trembling with anger. "Oh yeah? Because only with one blow of my hand, you'll bounce away from my face!!" reply Senshi, which now his emotions are already hooked. Shori and Senshi both angrily growled.
Aiko just stand beside their in silence. Shori and Senshi each took a kunai in the pouch found in their waist. They attacked each other with kicks and punches, clashing their kunai and shuriken throwing towards each other. Shori began performing hand seals, "Fire Style: Fireball Jutsu!" Instantly there is a ball shaped fire chakra out from Shori's mouth. The fire ball shot towards the Senshi. With quick reflexes, Senshi perform hand seals and shouted "Earth Style: Mud Wall!" huge mud wall blocking the fireball had just come, and Senshi began making hand seals again. "Earth Style: Mud Wave!" Mud wave speeding towards Shori. "Fire Style: Dragon Flame Jutsu!" Shori exclaimed, huge fire like a dragon-shaped mud destroy waves sent by Senshi. Aiko who viewed this getting anxiously and decided to have to do something.
Both of them still hasn't calm down. They are in a Taijutsu fighting position. Aiko gasp, and it looks like she has an idea. Shori launched a hard blow on Senshi, while Senshi launched a kick at Shori. But in the midst of it, Aiko appears, compose them. Aiko was in a position which is very surprising. Her right hand holding a blow from Shori and her left hand holding a kick from Senshi. This is all thanks to her excellent Taijutsu.
"Can you two quit it !!" Aiko shouted. "I know you guys are rival, but this is not the right time to fight!" Aiko advices. Senshi and Shori turned towards Aiko. Both of them marveled at Aiko's Taijutsu skills. "Well, now it's time for lunch. Shori is correct, it's impossible if we train on an empty stomach." Aiko said. "So we'd better go to the food stalls, together!" Aiko embrace her two friends. Senshi and Shori blushed.
-_-_-_-_-_-Back in the Village-_-_-_-_-_-
"Hey, look! Ichiraku Ramen seems good, let's eat there!" Shori exclaimed while pointing towards a shop that is located not far from where he was standing. Shori then prancing around in pleasure, and ran towards the ramen shop. Aiko just smiled at her red-haired friend, and followed him. "Hey guys! Wait for me!" Senshi chasing his two friends who had first run.
Naruto walked slowly, while looking towards the right and towards the left. Children play happily, some were joking, laughing, jumping up and down. That afternoon was the same day as every day. Naruto sighed, then find a food shop that reads "Ichiraku", then smell the scent his favorite food. "Apparently, the old man invited me to stop by." he said as he quickened his pace towards Ichiraku.
When he arrived in the shop, he saw 3 children eat a bowl of ramen with a familiar look on their faces. "What the?! What are you guys doing here?" Naruto startled to see three kids who turned out to be his students. Shori turned with his mouth still full, Aiko turned while wiping his mouth with a tissue, while Senshi turned with a chopstick in his hand. "Naruto-sensei!?" three of them simultaneously. "We have lunch here, What's your problem?" Shori chimes, after swallowing. Naruto shook his head. "No, I just don't expect you guys were here." said Naruto, who then sat beside his students. "Hey old man! One bowl of ramen please!" Naruto ordered. The old man nodded, he cooked as fast as he could, and then..... "Here you go!" the old man hand over a bowl of hot ramen. "Thanks old man!" said Naruto, as he eat his bowl of ramen .The old man smiled, and then he called someone. "Ayame!" call the old man. Suddenly, a woman with a rather large belly appear among them. "Well..well..well ... if it isn't our favorite customer!" Ayame greeted. "Naruto!" Ayame hugged the blond jounin, tightly. Naruto hugged her back. Senshi, Shori and Aiko dropped their jaws open, seeing the sights. Looks like Naruto-sensei already often come here, Aiko in her mind. "Ayame, you look great! How was your big belly, huh?" Naruto teased her. Ayame giggled. "Thank you, Naruto. My belly is fine. Ryoko was very active during her mommy is at work." Ayame said, as she rubbed her belly. Naruto smiled.
Ayame then glanced at the three children sitting next to Naruto, and smiled sarcastically. "So now you're a sensei, huh...??" Ayame teased. "You'd better not teach them your naughtiness!" Ayame teased again, laughing out loud. Naruto grinned wide, laughing and scratching the back of his head. Naruto-sensei used to come here often? Even when Naruto-sensei was a child? No wonder they know each other, Senshi said in his mind.
When he arrived in the shop, he saw 3 children eat a bowl of ramen with a familiar look on their faces. "What the?! What are you guys doing here?" Naruto startled to see three kids who turned out to be his students. Shori turned with his mouth still full, Aiko turned while wiping his mouth with a tissue, while Senshi turned with a chopstick in his hand. "Naruto-sensei!?" three of them simultaneously. "We have lunch here, What's your problem?" Shori chimes, after swallowing. Naruto shook his head. "No, I just don't expect you guys were here." said Naruto, who then sat beside his students. "Hey old man! One bowl of ramen please!" Naruto ordered. The old man nodded, he cooked as fast as he could, and then..... "Here you go!" the old man hand over a bowl of hot ramen. "Thanks old man!" said Naruto, as he eat his bowl of ramen .The old man smiled, and then he called someone. "Ayame!" call the old man. Suddenly, a woman with a rather large belly appear among them. "Well..well..well ... if it isn't our favorite customer!" Ayame greeted. "Naruto!" Ayame hugged the blond jounin, tightly. Naruto hugged her back. Senshi, Shori and Aiko dropped their jaws open, seeing the sights. Looks like Naruto-sensei already often come here, Aiko in her mind. "Ayame, you look great! How was your big belly, huh?" Naruto teased her. Ayame giggled. "Thank you, Naruto. My belly is fine. Ryoko was very active during her mommy is at work." Ayame said, as she rubbed her belly. Naruto smiled.
Ayame then glanced at the three children sitting next to Naruto, and smiled sarcastically. "So now you're a sensei, huh...??" Ayame teased. "You'd better not teach them your naughtiness!" Ayame teased again, laughing out loud. Naruto grinned wide, laughing and scratching the back of his head. Naruto-sensei used to come here often? Even when Naruto-sensei was a child? No wonder they know each other, Senshi said in his mind.
"So, what are your names?" Ayame asked acquainted. Shori was the one to answer first. "My name's Shori Yamaki, I'm 12 years old, a new genin candidate, and future Hokage of the Hidden Leaf Village!" exclaimed Shori, while posing as a hero. Ayame giggled while Naruto chuckled. "Looks like you've got a rival, boy!" Ayame said to Shori. "Huh, who?" Shori snapped. Ayame glanced slightly to Naruto, then back at Shori. Ayame smiled. "Someone you already knew" she replied, giggling. Shori put a plain face, and scratched his head, because he doesn't know who it is. And it makes Ayame giggled more. Then Ayami turned to Aiko. "What's your name?" she asked. Ayame smiled towards Aiko. Aiko smile back to the pregnant woman. "My name is Aiko Mizushi, 12 years old, a new genin candidate, and one day the greatest medical kunoichi!" Aiko said, excited. Ayame nodded and smiled. Then turn to the Senshi. "You are the serious one, what's your name?" Ayame asked. Senshi grunted a little. "The name's Senshi Taka, 12 years old, and a new genin candidate, and candidate of the strongest shinobi in Konoha." Senshi said, with regular tone, different from the others. Ayame smiled. "Well ... it looks like you have a heavy duty, Naruto! You have to teach the new generation of Konoha! So they can make us proud, to be a hidden leaf shinobi. Like yourself .." Ayame said. Naruto smiled at her. "Your disciples are very impressive, and I could see their potential, they have to prove themselves to the whole world that they are one of Konoha's greatest shinobi." Ayame advice. Senshi, Aiko, and Shori nodded confidently. And Naruto smiled widely.
-_-_-_-_-On the way Home-_-_-_-
"Whatever the test is, it would not scare us! We will definitely pass the test and become a genin!" Shori exciting. Aiko smiled, Senshi grunt, while Naruto chuckled and smiled.
Sensei and his students...walk together.....such a beautiful sight...a sweet reminder of the past with fellow teammates.....
Ini dia terjemahan dari fanfic diatas... |
Kon'nichiwa, Naruto-sensei !!
Bab 1: Shinobi Konoha Terbaru!
"Aku tak pernah menduga hari ini akan datang .." Naruto bergumam pada dirinya sendiri. Angin berhembus dalam damai, dan matahari bersinar cerah, sepertinya hari ini akan menjadi hari yang sangat mendukung. Naruto, yang kini berusia 21 tahun, terlihat sangat dewasa, tapi dia belum berubah sama sekali. Dia masih shinobi yang terkadang kekanak-kanakan dan bodoh, tetapi beberapa bagian dari dirinya telah berubah. Dia telah menjadi Jounin, tingkat tertinggi dalam daftar shinobi, (secara teknis ... tingkat tertinggi adalah Hokage, tetapi tidak tingkat, melainkan gelar).
Dia mempercepat langkahnya, dia tidak ingin terlambat pada pertemuan pertamanya sebagai jounin. Shikamaru mengatakan, semua jounin akan berkumpul di menara Hokage, untuk membahas pembagian tim yang akan dipimpin oleh masing-masing
jounin.
_-_-_-_-_-_- 20 Menit Kemudian _-_-_-_-_-_-_-
"Hey Naruto! Selamat pagi teman!" Kiba menyambut dengan ramah. "Hei Kiba, selamat pagi! Selamat pagi untuk kau juga, Akamaru!" Naruto membalas salam. Akamaru menggonggong pada Naruto, sebagai imbalan atas ucapan. Di dalam ruangan ada semua orang, lebih khusus, Jounin. Banyak teman-teman Naruto telah menjadi Jounin, sebagai contoh: Shikamaru, Shino, Chouji, Ino, Hinata, Kiba, Lee, Tenten, dan Sakura, (tapi, Sakura lebih memilih untuk menjadi seorang kunoichi medis yang bekerja di rumah sakit). Meskipun, ada seseorang yang tampaknya diharapkan tapi tidak datang.
"Hei Shikamaru, di mana Sasuke?" Naruto berbisik. "Oh, Sasuke ... dia tidak akan datang, karena ia masih memiliki sesuatu yang harus dilakukan di ANBU," Shikamaru berbisik kembali ke jounin berambut pirang dan acak-acakan itu.
Tiba-tiba, seorang wanita pirang berusia sekitar 50-an masuk ke ruangan bersama dengan seorang pria yang rambutnya diikat dan sudah memiliki sedikit abu-abu di rambutnya dan bekas luka di wajahnya. Pria itu tampaknya membawa file penting di tangannya. "Selamat pagi semua," ujar wanita berambut pirang. "Selamat pagi, Hokage-sama!" secara simultan semua jounin membalas nya. "Sepertinya kalian semua tahu, kita di sini untuk membahas pembagian tim, dan jounin yang telah diberitahu timnya akan sepenuhnya bertanggung jawab dan mendidik anggota tim, dan saya harap kalian akan segera bertemu dengan siswa di tim kalian masing-masing." Hokage menjelaskan kepada jounin tersebut. Semua mengangguk (tanda mengerti). "Sisanya, Iruka akan menjelaskan secara lebih rinci." Tsunade berkata dengan tegas.
"Seperti telah dijelaskan oleh Tsunade-sama, masing-masing dari kalian akan diberikan tanggung jawab mengurus tim, saya akan menyebutkan nama jounin dan juga nama tim yang akan dipimpinnya." Iruka-sensei menjelaskan dengan teliti.
Naruto menelan ludah dengan gugup. Dia benar-benar tidak berpikir bahwa ia akan menjadi sensei yang memimpin sebuah tim. "Shikamaru Nara, tim nomor 10!" ucap Iruka-sensei dengan suara yang agak keras, (agar suaranya dapat didengar). Shikamaru tertawa kecil. "Siapa sangka, aku akan memimpin tim dengan nomor yang sama dengan tim-ku," katanya sambil tersenyum. "Kiba Inuzuka, tim nomor 9!" ucap Iruka-sensei. "Apa?! Aku?!" Kiba tampaknya terkejut. "Rock Lee, tim nomor 8!" Iruka-sensei memanggil. "Yoshh !! Nomor delapan adalah angka keberuntungan-ku!" seru Lee. "Naruto Uzumaki, tim nomor 7!" setelah mendengar panggilan itu, Naruto diam seperti patung. Aku akan memimpin tim dengan jumlah yang sama tim lama saya, batin Naruto. "Itu pertanda keberuntungan", gumamnya.
-_-_-_-_-_-_- Setelah Rapat -_-_-_-_-_-_-
Naruto hendak berjalan ke toko buku, tapi ketika di depan toko, dia bertemu Kakashi-sensei. "Oi...Kakashi-sensei!" Panggilan Naruto tidak bisa dihindari. Kakashi segera berbalik dan, "Oh..hey Naruto!" Kakashi tersenyum sambil melambaikan tangan kanannya pada Naruto. "Kakashi-sensei, kenapa kau tak bergabung di pertemuan tadi?" Naruto bertanya, heran. Kakashi tersenyum. "Pertemuan itu hanya untuk Jounin muda, dan yang terlibat," jelasnya. "Tapi sensei, kau terlihat cukup muda," kata Naruto menenangkan. Kakashi hanya tertawakecil. "Heh, aku menerima sanjunganmu....tapi rapat itu diadakan khusus untuk para jounin yang akan dibagikan tim genin." kata Kakashi. Naruto sedikit tersentak. "Oh ya ... itu mengingatkanku pada satu hal, kau dipilih untuk menjadi pemimpin tim?" tanya Kakashi. Naruto mengangguk kecil. "Kenapa kau sedih? Kau seharus bangga terpilih menjadi seorang sensei," Kakashi mencoba menghibur murid lamanya. "Kakashi-sensei, bisa kita bicara dalam privasi?" tanyanya. Kakashi mengangguk, lalu meninggalkan buku yang sedang dibacanya tadi.
-_-_-_-_-_-_- Di atas monumen Hokage -_-_-_-_-_-
"Jadi, mengapa kau memilih tempat ini untuk berbicara?" tanya Kakashi, yang duduk di kepala Hokage keempat (Minato). "Kenapa? Apakah kau takut ketinggian?" Naruto bergurau. Kakashi tertawa kecil. "Aku tidak pernah mengatakan hal ini kepada siapa pun, ya memang ... aku takut ketinggian" jawabnya. Naruto tertawa terbahak-bahak saat sensei-nya mengakui ketakutan. "Maaf, kau seharusnya mengatakan itu sebelumnya," kata Naruto yang masih tidak bisa menahan tawa. "Aku memilih tempat ini, karena hanya di tempat ini yang aku dapat menjernihkan pikiranku dan dapat bersantai" jelasnya. Naruto tertawa, "ini tampaknya agak lucu, bersantai di kepala patung ayahmu sendiri," candanya. Kakashi terdiam dan mendengarkan apa yang dikatakan Naruto.
"Dengar Naruto, aku tahu bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, katakan padaku, siapa tahu aku dapat membantu" kata Kakashi. "Aku menghargai itu, terima kasih .." kata Naruto sambil tersenyum pada sensei. "Sebenarnya, ada sesuatu yang mengganggu saya akhir-akhir ini," jelasnya. "Aku takut," kata Naruto. Kakashi tersentak sedikit. "Takut? Terhadap apa?" tanya Kakashi. "Aku takut, kalau aku tak bisa menjadi seorang sensei," katanya. Kakashi tersentak sekali lagi. "Aku takut, aku takut jika aku tidak bisa mengajar murid-muridku atau jika Aku tidak bisa menjadi sensei yang hebat untuk murid-muridku." Naruto mengatakan, sambil menatap langit. "Aku tidak layak menjadi seorang sensei" katanya. Kakashi tersenyum, "Naruto, jangan pernah meragukan dirimu sendiri, Kau memiliki potensi untuk mengajar, kau memiliki semua yang kau butuhkan untuk mengajar seorang murid, pengalamanmu dalam beberapa misi dapat dijadikan inspirasi untuk mereka, Kau dapat membuat semua perubahan , dan yang paling penting adalah .... Kau tidak pernah menyerah!" Kakashi berkata pada murid lamanya itu. Naruto yang mendengar hal itu, segera membangkitkan senyum ke sensei-nya. Kakashi tersenyum kembali. "Terima kasih, sensei!" kata jounin berambut pirang itu. "Kapan saja,"
-_-_-_-_-_-_- Keesokan Harinya -_-_-_-_-_-_-
"Kertas ini berisi lokasi di mana kalian akan bertemu dengan siswa kalian," kata Iruka-sensei membagikan kertas yang dimaksud. Naruto juga menerima salah satu kertas yang dibagikan kepadanya, dan saat dia melihat kertas itu. "Bertemu di akademi, ya? Ini benar-benar membawa kembali semua kenangan," gumamnya. "Naruto, di mana kau bertemu dengan murid-muridmu Anda?" tanya kiba. "Aku akan menemui mereka di Akademi, kau?" Naruto bertanya balik. "Kau beruntung, kau tidak perlu repot-repot mencari tempat. Saya harus bertemu dengan mereka di tengah-tengah hutan!" lagi-lagi, Kiba mengeluh. Naruto tertawa kecil. "Sepertinya saya akan bernasib yang sama dengan Kakashi-sensei," katanya.
-_-_-_-_-_-_- At The Academy -_-_-_-_-_-_-
"Ini konyol! Kita dipaksa untuk menunggu sensei baru di kelas ini?! Kupikir kami akan pergi ke tempat yang berbeda!" keluh si bocah berambut merah. Bocah laki-laki berambut merah mengenakan kaus putih bertuliskan simbol klan-nya dan jaket merah marun dicampur dengan hitam, ia mengenakan celana panjang hitam, dan di bagian pinggang ada tas kecil yang berisi senjata khusus untuk ninja. (Seperti yang dimiliki oleh semua shinobi).
"Ayo, Shori! Jangan mengeluh, sensei baru kita mungkin masih memiliki beberapa urusan yang belum selesai sebelum pergi untuk menemui kita," kata seorang gadis yang memiliki rambut panjang coklat diikat keatas (seperti Ino) dan memiliki poni yang tidak terlalu panjang. Dia mengenakan baju biru tua dengan simbol " konoha" di bagian depan, dikombinasikan dengan bolero hitam dan rok khusus untuk kunoichi berwarna biru halus dan celana pendek hitam di dalamnya (seperti Sakura). Sama seperti temannya, di bagian pinggangnya ada tas berisi senjata. Gadis itu melipat tangannya dan melotot ke arah teman berambut merah itu.
"Ya dia benar, jadi berhenti mengeluh otak burung!" Bocah lain mengejek. Berambut abu-abu (seperti Kakashi), memakai kaus lengan panjang coklat gelap dengan simbol "konoha". Bocah berambut abu-abu itu mengenakan celana pendek hitam dan dipinggang ada tas yang sama seperti yang lain. Dia terlihat lebih dewasa daripada bocah laki-laki berambut merah tadi. "Aku sudah tahu itu!! Tapi aku tidak sabar untuk mendapatkan misi! sehingga Aku bisa menjadi shinobi terkuat di desa ini!" seru si bocah berambut merah. Gadis dengan rambut panjang itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan ia menghela napas, "Apa kau benar-benar berharap bahwa Hokage akan memberikan misi kepada anak-anak yang baru saja lulus dari Akademi?! Kau otak udang!" Gadis itu tampaknya telah kehilangan kesabaran. Sekarang gantian bocah berambut abu-abu yang berbicara. "Shori, daripada mengeluh, kau lebih baik memeriksa ulang senjatamu!" seperti gadis itu, ia juga kehilangan kesabaran. "Wow, terima kasih untuk mendukung saya!" kata bocah berambut merah, sangat sarkastis. "Kau tahu, sebenarnya ... selain tidak sabar untuk memulai pelatihan, aku merasa gugup," anak berambut merah itu mengaku. Teman-temannya terdiam. "Aku juga," pengakuan anak berambut abu-abu. "Jangan salah paham, aku gugup juga" pengakuan gadis berambut panjang juga terdengar. "Jangan khawatir, kita akan menghadapi ini bersama-sama sebagai sebuah tim!" Gadis itu memberikan semangat. Kedua anak laki-laki tersebut mengangguk dengan mantap.
Tiba-tiba, anak laki-laki berambut merah mengambil penghapus papan tulis di meja guru. "Apa yang kau lakukan?" tanya anak laki-laki berambut abu-abu. "Aku akan membuat lelucon kecil yang tidak berbahaya, untuk sensei kita." anak berambut merah berbisik, seperti yang ia katakan, penghapus papan tulis akan ditaruh di atas pintu sehingga ketika seseorang datang, penghapus itu akan jatuh tepat di kepalanya. Gadis berambut panjang itu memukul kepala bocah berambut merah itu. "Dasar bodoh! Kita harus menghormati sensei kita, bukannya membuat jebakan untuknya!" teriak gadis itu. Berambut merah anak meringis kesakitan, "Ouucchhh .. !! Aiko-chan, kenapa kau melakukan itu?". "Karena kau sudah keterlaluan, jadi aku merasa ingin memukulmu!" gadis itu masih tidak bisa menahan emosinya. "Tenang Aiko, sensei kita tidak akan jatuh ke jebakan kecil seperti itu .." kata anak berambut abu-abu.
Tiba-tiba pada saat itu, seseorang membuka pintu! Tapi jebakan itu tidak berhasil, penghapus papan tulis jatuh terlebih dahulu sebelum orang tersebut masuk. Ketiga anak sangat terkejut, dan mereka mengawasi orang yang masuk. Sosok seorang jounin pirang, lebih tinggi daripada mereka bertiga, dengan rambut agak berduri, mengenakan rompi jaket hijau dengan kemeja lengan pendek hitam, mengenakan celana hitam dan pelindung dahi menunjukkan simbol "Konoha" (Seragam Jounin). Si jounin pirang itu tidak mengatakan apa-apa tentang penghapus papan tulis ketika jatuh, ia hanya sedikit terkejut. "Ahhhh tidak! ... jebakannya tidak bekerja!" teriak anak laki-laki berambut merah. "Dasar bodoh! Jaga sikapmu, dia seorang jounin!" bisik gadis itu. "Kami sangat meminta maaf untuk ini, salah satu teman kami sangat bodoh untuk membuat perangkap ini," anak laki-laki berambut abu-abu meminta maaf dan membungkukkan badannya. Ini sensei baru kami? Dia tampak seperti orang bodoh, kata anak berambut abu-abu dalam pikiran. Apakah ini benar ini sensei baru kami? Saya tidak yakin, si gadis berambut panjang juga berbicara dalam pikirannya. Ya ampun, aku lebih baik pergi tidur daripada yang diajarkan oleh pirang bodoh ini ! Bocah berambut merah ini tampaknya juga berbicara di pikirannya.
Naruto's POV
Ya Ampun! Hari pertama pengenalan dan aku sudah dikerjain, sepertinya ini adalah anak-anak yang akan ku ajari, tetapi mereka tampak terlihat seperti orang tolol, terutama bocah dengan rambut merah itu. Tapi mereka membawa kembali kenangan ketika pertama kali aku dan yang lain bertemu Kakashi-sensei.Yah, lebih baik ku lanjutkan!
"Apa ini, kesan pertamaku bertemu murid-muridku adalah dikerjain? Aku berharap sambutan yang hangat, tetapi aku malah diebak oleh orang-orang bodoh seperti kalian," kata Naruto, dengan santai. Semua dari mereka terkejut. "Hei, siapa yang kau panggil bodoh! Kau harus melihat di cermin !!" timpal anak berambut merah. Naruto menghela napas. "Yah, kurasa tidak perlu untukku melatih kalian untuk menjadi shinobi ...." Naruto mengatakan karena ia tentang ingin keluar dari kelas lagi. "Tidak, tidak, tidak sensei, Abaikan saja dia! Jangan pergi! Kumohon ..." kata Aiko dengan wajah memelas. Kau sangat suka memelas ya.., keringat Naruto turun. "Apakah benar kau sensei kami?" tanya anak itu dengan rambut berwarna abu-abu. "Apakah kalian Tim tujuh?" tanya Naruto. Semua mengangguk serempak. "Jadi ya, Aku-lah sensei kalian." Naruto menjawab. Semua dari mereka sangat terkejut. "Sekarang, ikuti aku! Kita akan pergi ke puncak menara Hokage!" Perintah Naruto kepada murid-muridnya. Mereka mengangguk, dan mengikuti perintah sensei mereka.
-_-_-_-_-_-_ Di atas menara Hokage _-_-_-_-_-
"Pertama-tama sebelum kita mulai, saya ingin kita melakukan perkenalan," kata Naruto. "Perkenalan?" gadis itu tidak mengerti. "Sebagai contoh, katakan padaku apa yang kalian suka dan tidak suka, hobi, dan impian untuk masa depan, atau sesuatu seperti itu," kata Naruto dengan gaya kasual. Semua mendengarkan dengan seksama. "Mari kita mulai! Wanita dulu.." Naruto menunjuk kearah gadis berambut panjang itu.
"Umm .... namakuAiko Mizushi, apa yang kusuka adalah ... Maksudku orang yang kusuka ... umm ..." Aiko melirik ke arah anak laki-laki berambut merah kemudian berbalik kembali ke sensei nya dengan rona merah di pipinya, ia ternyata tersipu. Naruto tersenyum melihat pemandangan tersebut. "Hobi saya adalah membaca buku dan berlatih, dan impian saya untuk masa depan, saya ingin menjadi kunoichi medis, seorang pejuang yang baik dan shinobi yang sangat terampil." jelasnya. Naruto mengangguk. Aku pikir, aku melihat sosok Sakura-chan dalam dirinya, pikirnya. "Baiklah, kau berikutnya." Naruto menunjuk ke arah anak laki-laki berambut abu-abu.
"Namaku Senshi Taka, hal-hal yang kusuka...sepertinya tidak banyak, aku hanya menyukai senjata shinobi terbaru, hal yang tidak kusukai.....Kupikir ini tidak penting, sedangkan untuk hobi ku... aku mempunyai banyak hobi, impianku untuk masa depan....Aku tidak akan menyebutnya sebuah impian, tapi ambisi, ambisiku adalah untuk mengungguli seseorang, " kata anak itu. Sepertinya anak ini adalah campuran dari Kakashi-sensei dan Sasuke, keringat Naruto turun. "Kau yang terakhir," kata Naruto.
"Baiklah! Namaku Shori Yamaki, Aku menyukai...maksudku mencintai ramen dan sushi! Aku tidak suka orang-orang yang berbohong kepada diri mereka sendiri dan orang-orang yang mudah menyerah, hobiku adalah berlatih ninjutsu dan taijutsu, karena Konohamaru- sensei mengatakan bahwa ini kelemahanku....hehehe...dan berkumpul dengan teman-temanku, mimpiku untuk masa depan adalah untuk menjadi Hokage berikutnya! Jadi waspada terhadap semua orang yang ingin menjadi Hokage, mereka harus terlebih dahulu mengalahkan aku!" kata anak berambut merah bernama Shori. Naruto tertawa kecil. Jadi ini adalah deja vu, ya? pikirnya.
"Baiklah, sekarang aku tahu identitas kalian, aku akan membahas sesuatu yang penting untuk tes besok." jelasnya. "Tunggu sebentar runcing-kepala sensei!" bentak Shori. Keringat Naruto turun lagi. "Mengapa kau memanggilku runcing-kepala sensei?" dia mendesah. "Karena aku tidak tahu namamu," jawab Shori. Naruto tersentak sedikit. "Oh ya kau benar! Aku lupa! Namaku Naruto Uzumaki, aku suka Ichiraku ramen, aku tidak suka ... sepertinya itu tidak terlalu penting, hobiku ... ini tidak penting juga, dan mimpiku ... kurasa kalian tidak perlu tahu," katanya. Semuanya keringat turun. "Perkenalan macam apa itu?! Apa yang kau katakan adalah hanya namamu dan makanan yang kau cintai!" protes Shori. Naruto menaruh cengiran khas nya, dan tertawa lagi.
"Baiklah, kita semua sudah perkenalan, sekarang saatnya untuk serius." kata Naruto. Semua mendengarkan dengan seksama. "Besok, kalian akan menghadapi tes, agar kalian dapat menjadi genin," jelasnya. "Tunggu dulu! Bukankah kita melakukan tes di Akademi?" Tanya Aiko. "Ya, Aiko-chan benar! Mengapa kita harus mengikuti tes bodoh lain lagi ?!" Shori protes lagi. Sementara Senshi mendengarkan.
"Dengar, tes yang dilakukan di Akademi hanyalah sebuah tes yang berfungsi untuk menginformasikan tentang bagaimana untuk menjadi shinobi tapi itu tidak membuat kalian menjadi seorang Genin, kalian mungkin memiliki pelindung dahi, tapi itu tidak membuat kalian Genin. Tes yang akan kita lakukan adalah tes yang menentukan apakah kalian layak dipanggil Genin," jounin pirang itu menjelaskan. "Besok, berkumpul di tempat pelatihan pada pukul 08.00 pagi, bawa semua senjata kalian dan pastikan bahwa kalian tidak makan sarapan!" Naruto mengatakan dengan tatapan yang tajam. Semua terkejut. "Mengapa kita tidak diperbolehkan?" Protes Shori. Naruto melirik Shori. "Karena jika kalian melakukannya, selama tes ..... muntah akan menjadi satu-satunya hal yang kalian lakukan." katanya tanpa ragu-ragu. Shori, Aiko, dan Senshi terkejut bahwa hampir menahan napas. "Sampai jumpa besok!" Naruto mengatakan, saat melakukan tanda tangan, dan tiba-tiba ia menghilang di antara asap putih.
-_-_-_-_-_- Di Hutan -_-_-_-_-_-
"Sempurna, hari pertamaku keluar dari akademi, dan aku sekali lagi harus menghadapi tes bodoh!" Shori mengeluh. "Ayo, jangan jadi pemalas!" Aiko menyemangati teman berambut merah itu. "Jika kau ingin menjadi Hokage suatu hari, pertama kau harus menjadi Genin kemudian menjadi chuunin, jounin, dan akhirnya ditunjuk sebagai Hokage!" Aiko seru. "Ayo, mari kita pergi berlatih!" Aiko mengajak. "Mungkin nanti, Aiko-chan. Aku ingin makan siang dulu, setelah itu baru aku akan pergi berlatih." Shori berkata dengan nada malas. Dia menaruh tangannya di belakang kepala, berjalan sambil bersenandung malas.
"Kau memang seorang pemalas, tidak heran. Aku akan mengalahkanmu tanpa harus melatih." Senshi mengejek, angkuh. Langkah Shori berhenti mendengar ejekan dari anak laki-laki berambut abu-abu itu. Kemudian menoleh dalam sekejap. "Dengar, kau tidak memiliki hak untuk mengatur hidupku seperti itu! Aku bisa melakukan apa pun yang kuinginkan! Dan aku juga tidak akan dikalahkan oleh orang yang sok tahu seperti kau!" teriak Shori. Tatapannya tak luput dari wajah anak laki-laki berambut abu-abu itu. Dia berdiri menghadapi saingannya dengan tangan mengepal dan gemetar karena marah. "Oh ya? Karena hanya dengan satu pukulan dari tanganku, kau akan melambung pergi dari wajahku !!" balas Senshi, yang sekarang emosinya sudah tak terbendung. Shori dan Senshi keduanya geram. Aiko hanya berdiri di samping mereka, dalam keheningan.
Shori dan Senshi masing-masing mengambil kunai di kantong yang ada di pinggang mereka. Mereka saling menyerang dengan tendangan dan pukulan, bentrok kunai dan saling melempari shuriken terhadap satu sama lain. Shori mulai melakukan hand seal, "Fire Style: Fireball Jutsu!" Seketika, chakra api berbentuk bola besar keluar dari mulut Shori. Bola api itu menembak ke arah Senshi. Dengan refleks yang cepat, Senshi melakukan hand seal dan berteriak "Earth Style: Mud Wall" dinding lumpur yang sangat besar menghalangi bola api yang baru saja datang, dan Senshi mulai membuat hand seal lagi. "Earth Style: Mud Wave!" gelombang lumpur berkecepatan tinggi, meluncur kearah Shori. "Fire Style: Dragon Flame Jutsu!" Shori berseru, api besar berwujud naga menghancurkan gelombang lumpur yang dikirim oleh Senshi. Aiko yang melihat ini menjadi cemas dan memutuskan untuk melakukan sesuatu. Shori berlari menuju Senshi dan Senshi melakukan hal yang sama. Mereka berada dalam posisi pertempuran Taijutsu. Aiko terkesiap, dan sepertinya dia memiliki ide. Shori meluncurkan pukulan keras pada Senshi, sementara Senshi meluncurkan tendangan di Shori. Namun di tengah-tengah itu, Aiko muncul, melerai mereka. Aiko berada dalam posisi yang sangat mengejutkan. Tangan kanannya memegang pukulan dari Shori dan tangan kirinya memegang tendangan dari Senshi. Ini semua berkat Taijutsu-nya yang sangat baik.
"Bisakah kalian berdua berhenti!!" Aiko berteriak. "Aku tahu kalian saingan, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk berkelahi!" ujarnya. Senshi dan Shori berpaling ke arah Aiko. Keduanya mengagumi keterampilan Taijutsu Aiko ini. "Nah, sekarang saatnya untuk makan siang. Shori benar, tidak mungkin jika kita dapat latihan disaat perut kosong." kata Aiko. "Jadi sebaiknya kita pergi ke warung makan, bersama-sama!" Aiko memeluk kedua temannya. Senshi dan Shori tersipu.
-_-_-_-_-_- Kembali di desa -_-_-_-_-_-
"Hei, lihat! Ichiraku Ramen tampaknya enak, mari kita makan di sana!" Shori seru sambil menunjuk ke arah sebuah toko yang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri. Shori berjingkrak kesenangan, dan berlari menuju toko ramen itu. Aiko hanya tersenyum pada teman berambut merah-nya itu, dan mengikutinya. "Hey! Tunggu aku!" Senshi mengejar dua temannya yang telah lebih dulu berjalan.
Naruto berjalan perlahan-lahan, sambil melihat ke arah kanan dan ke kiri. Anak-anak bermain dengan gembira, ada yang bercanda, tertawa, melompat-lompat. Sore itu adalah hari yang sama dengan setiap hari. Naruto menghela napas, kemudian menemukan sebuah toko makanan yang bertuliskan "Ichiraku", kemudian mencium aroma makanan favoritnya. "Rupanya, pak tua itu mengundangku untuk mampir." katanya sambil mempercepat langkahnya menuju Ichiraku.
Ketika ia tiba di toko, ia melihat 3 anak makan semangkuk ramen dengan tampilan akrab di wajah mereka. "Apa yang ?! Apa yang kalian lakukan di sini?" Naruto terkejut melihat tiga anak yang ternyata murid-muridnya. Shori berbalik dengan mulut masih penuh, Aiko berbalik sambil menyeka mulutnya dengan tisu, sementara Senshi berbalik dengan sumpit di tangannya. "Naruto-sensei!?" ucap mereka secara bersamaan. "Kami makan siang di sini, apa masalahmu?" Shori protes, setelah menelan. Naruto menggeleng. "Tidak, aku hanya tidak menduga kalian ada di sini." kata Naruto, yang kemudian duduk di samping murid-muridnya. "Hei pak tua! Satu mangkuk ramen!" Naruto memesan. Si pak tua itu mengangguk, dia memasak secepat yang dia bisa, dan kemudian ..... "Ini dia!" pak tua itu menyerahkan semangkuk ramen panas. "Terima kasih pak tua!" kata Naruto, sambil makan mangkuk ramen. Pria tua itu tersenyum, dan kemudian dia memanggil seseorang.
"Ayame!" memanggil orang tua. Tiba-tiba, seorang wanita dengan perut yang agak besar muncul di antara mereka. "Wah..wah..wah ... jika tidak pelanggan favorit kami!" Ayame menyambut. "Naruto!" Ayame memeluk jounin pirang itu dengan erat. Naruto memeluknya kembali.
Senshi, Shori dan Aiko menjatuhkan rahang mereka terbuka, melihat pemandangan itu. Sepertinya Naruto-sensei sudah sering datang ke sini, Aiko dalam pikirannya. "Ayame, kau tampak hebat! Bagaimana perut besar-mu?" Naruto bergurau. Ayame tertawa. "Terima kasih, Naruto. Kandunganku baik-baik saja. Ryoko sangat aktif selama Ibunya sedang bekerja." Ayame berkata, sambil mengusap perutnya. Naruto tersenyum. Ayame kemudian melirik tiga anak yang duduk di sebelah Naruto, dan tersenyum sinis.
"Jadi sekarang kau sensei, ya...??" Ayame bercanda. "Sebaiknya kau tidak mengajari mereka kenakalan-mu!" Ayame menggoda lagi, sambil tertawa terbahak-bahak. Naruto menyeringai lebar, tertawa dan menggaruk bagian belakang kepalanya.
Naruto-sensei sering datang ke sini sering? Bahkan ketika Naruto-sensei masih kecil? Tidak heran mereka mengenal satu sama lain, Senshi mengatakan dalam pikirannya. "Jadi, siapa nama kalian?" Ayame bertanya berkenalan. Shori-lah yang menjawab lebih dulu.
"Namaku Shori Yamaki, aku berusia 12 tahun, calon Genin baru, dan calon Hokage di Konoha!" seru Shori, sembari berpose sebagai pahlawan. Ayame tertawa sementara Naruto terkekeh. "Sepertinya kau punya saingan, nak!" Ayame berkata kepada Shori. "Huh, siapa?" Shori kaget. Ayame melirik sedikit ke Naruto, lalu kembali menatap Shori. Ayame tersenyum. "Seseorang yang sudah kau tahu" jawabnya, cekikikan. Shori memasang wajah polos, dan menggaruk kepalanya, karena dia tidak tahu siapa itu. Dan itu membuat Ayame tertawa lagi. Kemudian Ayami berpaling ke Aiko.
"Siapa namamu?" tanyanya. Ayame tersenyum ke arah Aiko. Aiko tersenyum kembali ke wanita hamil itu. "Nama saya Aiko Mizushi, 12 tahun, calon Genin baru, dan suatu hari akan menjadi Kunoichi medis terbesar!" Aiko mengatakan, bersemangat. Ayame mengangguk dan tersenyum. Kemudian beralih ke Senshi.
"Kau yang memiliki tampang paling serius disini, siapa namamu?" tanya Ayame. Senshi mendengus angkuh. "Namaku Senshi Taka, berusia 12 tahun, dan calon Genin baru, dan calon shinobi terkuat di Konoha." Senshi mengatakan, dengan nada biasa, berbeda dari yang lain. Ayame tersenyum.
"Hehe... sepertinya kau memiliki tugas berat, Naruto! Kau harus mengajarkan generasi baru Konoha! Jadi mereka bisa membuat kita bangga, menjadi shinobi konoha. Seperti dirimu .." kata Ayame. Naruto tersenyum. "Murid-muridmu sangat mengesankan, dan aku bisa melihat potensi mereka, mereka harus membuktikan diri kepada seluruh dunia bahwa mereka adalah salah satu shinobi terhebat Konoha." Ayame menasihati. Senshi, Aiko, dan Shori mengangguk dengan mantap. Dan Naruto tersenyum lebar.
-_-_-_-_- Dalam perjalanan pulang -_-_-_-
"Apa pun tes-nya, itu tidak akan menakut-nakuti kami! Kami pasti akan lulus tes dan menjadi Genin!" Shori menarik. Aiko tersenyum, Senshi mendengus, sementara Naruto terkekeh dan tersenyum.
Sensei dan murid-muridnya...berjalan bersama.....pemandangan yang indah...pengingat manis dari masa lalu dengan sesama rekan tim.....
Sampai bertemu di Chapter 2 ya...
Bab 1: Shinobi Konoha Terbaru!
"Aku tak pernah menduga hari ini akan datang .." Naruto bergumam pada dirinya sendiri. Angin berhembus dalam damai, dan matahari bersinar cerah, sepertinya hari ini akan menjadi hari yang sangat mendukung. Naruto, yang kini berusia 21 tahun, terlihat sangat dewasa, tapi dia belum berubah sama sekali. Dia masih shinobi yang terkadang kekanak-kanakan dan bodoh, tetapi beberapa bagian dari dirinya telah berubah. Dia telah menjadi Jounin, tingkat tertinggi dalam daftar shinobi, (secara teknis ... tingkat tertinggi adalah Hokage, tetapi tidak tingkat, melainkan gelar).
Dia mempercepat langkahnya, dia tidak ingin terlambat pada pertemuan pertamanya sebagai jounin. Shikamaru mengatakan, semua jounin akan berkumpul di menara Hokage, untuk membahas pembagian tim yang akan dipimpin oleh masing-masing
jounin.
_-_-_-_-_-_- 20 Menit Kemudian _-_-_-_-_-_-_-
"Hey Naruto! Selamat pagi teman!" Kiba menyambut dengan ramah. "Hei Kiba, selamat pagi! Selamat pagi untuk kau juga, Akamaru!" Naruto membalas salam. Akamaru menggonggong pada Naruto, sebagai imbalan atas ucapan. Di dalam ruangan ada semua orang, lebih khusus, Jounin. Banyak teman-teman Naruto telah menjadi Jounin, sebagai contoh: Shikamaru, Shino, Chouji, Ino, Hinata, Kiba, Lee, Tenten, dan Sakura, (tapi, Sakura lebih memilih untuk menjadi seorang kunoichi medis yang bekerja di rumah sakit). Meskipun, ada seseorang yang tampaknya diharapkan tapi tidak datang.
"Hei Shikamaru, di mana Sasuke?" Naruto berbisik. "Oh, Sasuke ... dia tidak akan datang, karena ia masih memiliki sesuatu yang harus dilakukan di ANBU," Shikamaru berbisik kembali ke jounin berambut pirang dan acak-acakan itu.
Tiba-tiba, seorang wanita pirang berusia sekitar 50-an masuk ke ruangan bersama dengan seorang pria yang rambutnya diikat dan sudah memiliki sedikit abu-abu di rambutnya dan bekas luka di wajahnya. Pria itu tampaknya membawa file penting di tangannya. "Selamat pagi semua," ujar wanita berambut pirang. "Selamat pagi, Hokage-sama!" secara simultan semua jounin membalas nya. "Sepertinya kalian semua tahu, kita di sini untuk membahas pembagian tim, dan jounin yang telah diberitahu timnya akan sepenuhnya bertanggung jawab dan mendidik anggota tim, dan saya harap kalian akan segera bertemu dengan siswa di tim kalian masing-masing." Hokage menjelaskan kepada jounin tersebut. Semua mengangguk (tanda mengerti). "Sisanya, Iruka akan menjelaskan secara lebih rinci." Tsunade berkata dengan tegas.
"Seperti telah dijelaskan oleh Tsunade-sama, masing-masing dari kalian akan diberikan tanggung jawab mengurus tim, saya akan menyebutkan nama jounin dan juga nama tim yang akan dipimpinnya." Iruka-sensei menjelaskan dengan teliti.
Naruto menelan ludah dengan gugup. Dia benar-benar tidak berpikir bahwa ia akan menjadi sensei yang memimpin sebuah tim. "Shikamaru Nara, tim nomor 10!" ucap Iruka-sensei dengan suara yang agak keras, (agar suaranya dapat didengar). Shikamaru tertawa kecil. "Siapa sangka, aku akan memimpin tim dengan nomor yang sama dengan tim-ku," katanya sambil tersenyum. "Kiba Inuzuka, tim nomor 9!" ucap Iruka-sensei. "Apa?! Aku?!" Kiba tampaknya terkejut. "Rock Lee, tim nomor 8!" Iruka-sensei memanggil. "Yoshh !! Nomor delapan adalah angka keberuntungan-ku!" seru Lee. "Naruto Uzumaki, tim nomor 7!" setelah mendengar panggilan itu, Naruto diam seperti patung. Aku akan memimpin tim dengan jumlah yang sama tim lama saya, batin Naruto. "Itu pertanda keberuntungan", gumamnya.
-_-_-_-_-_-_- Setelah Rapat -_-_-_-_-_-_-
Naruto hendak berjalan ke toko buku, tapi ketika di depan toko, dia bertemu Kakashi-sensei. "Oi...Kakashi-sensei!" Panggilan Naruto tidak bisa dihindari. Kakashi segera berbalik dan, "Oh..hey Naruto!" Kakashi tersenyum sambil melambaikan tangan kanannya pada Naruto. "Kakashi-sensei, kenapa kau tak bergabung di pertemuan tadi?" Naruto bertanya, heran. Kakashi tersenyum. "Pertemuan itu hanya untuk Jounin muda, dan yang terlibat," jelasnya. "Tapi sensei, kau terlihat cukup muda," kata Naruto menenangkan. Kakashi hanya tertawakecil. "Heh, aku menerima sanjunganmu....tapi rapat itu diadakan khusus untuk para jounin yang akan dibagikan tim genin." kata Kakashi. Naruto sedikit tersentak. "Oh ya ... itu mengingatkanku pada satu hal, kau dipilih untuk menjadi pemimpin tim?" tanya Kakashi. Naruto mengangguk kecil. "Kenapa kau sedih? Kau seharus bangga terpilih menjadi seorang sensei," Kakashi mencoba menghibur murid lamanya. "Kakashi-sensei, bisa kita bicara dalam privasi?" tanyanya. Kakashi mengangguk, lalu meninggalkan buku yang sedang dibacanya tadi.
-_-_-_-_-_-_- Di atas monumen Hokage -_-_-_-_-_-
"Jadi, mengapa kau memilih tempat ini untuk berbicara?" tanya Kakashi, yang duduk di kepala Hokage keempat (Minato). "Kenapa? Apakah kau takut ketinggian?" Naruto bergurau. Kakashi tertawa kecil. "Aku tidak pernah mengatakan hal ini kepada siapa pun, ya memang ... aku takut ketinggian" jawabnya. Naruto tertawa terbahak-bahak saat sensei-nya mengakui ketakutan. "Maaf, kau seharusnya mengatakan itu sebelumnya," kata Naruto yang masih tidak bisa menahan tawa. "Aku memilih tempat ini, karena hanya di tempat ini yang aku dapat menjernihkan pikiranku dan dapat bersantai" jelasnya. Naruto tertawa, "ini tampaknya agak lucu, bersantai di kepala patung ayahmu sendiri," candanya. Kakashi terdiam dan mendengarkan apa yang dikatakan Naruto.
"Dengar Naruto, aku tahu bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu, katakan padaku, siapa tahu aku dapat membantu" kata Kakashi. "Aku menghargai itu, terima kasih .." kata Naruto sambil tersenyum pada sensei. "Sebenarnya, ada sesuatu yang mengganggu saya akhir-akhir ini," jelasnya. "Aku takut," kata Naruto. Kakashi tersentak sedikit. "Takut? Terhadap apa?" tanya Kakashi. "Aku takut, kalau aku tak bisa menjadi seorang sensei," katanya. Kakashi tersentak sekali lagi. "Aku takut, aku takut jika aku tidak bisa mengajar murid-muridku atau jika Aku tidak bisa menjadi sensei yang hebat untuk murid-muridku." Naruto mengatakan, sambil menatap langit. "Aku tidak layak menjadi seorang sensei" katanya. Kakashi tersenyum, "Naruto, jangan pernah meragukan dirimu sendiri, Kau memiliki potensi untuk mengajar, kau memiliki semua yang kau butuhkan untuk mengajar seorang murid, pengalamanmu dalam beberapa misi dapat dijadikan inspirasi untuk mereka, Kau dapat membuat semua perubahan , dan yang paling penting adalah .... Kau tidak pernah menyerah!" Kakashi berkata pada murid lamanya itu. Naruto yang mendengar hal itu, segera membangkitkan senyum ke sensei-nya. Kakashi tersenyum kembali. "Terima kasih, sensei!" kata jounin berambut pirang itu. "Kapan saja,"
-_-_-_-_-_-_- Keesokan Harinya -_-_-_-_-_-_-
"Kertas ini berisi lokasi di mana kalian akan bertemu dengan siswa kalian," kata Iruka-sensei membagikan kertas yang dimaksud. Naruto juga menerima salah satu kertas yang dibagikan kepadanya, dan saat dia melihat kertas itu. "Bertemu di akademi, ya? Ini benar-benar membawa kembali semua kenangan," gumamnya. "Naruto, di mana kau bertemu dengan murid-muridmu Anda?" tanya kiba. "Aku akan menemui mereka di Akademi, kau?" Naruto bertanya balik. "Kau beruntung, kau tidak perlu repot-repot mencari tempat. Saya harus bertemu dengan mereka di tengah-tengah hutan!" lagi-lagi, Kiba mengeluh. Naruto tertawa kecil. "Sepertinya saya akan bernasib yang sama dengan Kakashi-sensei," katanya.
-_-_-_-_-_-_- At The Academy -_-_-_-_-_-_-
"Ini konyol! Kita dipaksa untuk menunggu sensei baru di kelas ini?! Kupikir kami akan pergi ke tempat yang berbeda!" keluh si bocah berambut merah. Bocah laki-laki berambut merah mengenakan kaus putih bertuliskan simbol klan-nya dan jaket merah marun dicampur dengan hitam, ia mengenakan celana panjang hitam, dan di bagian pinggang ada tas kecil yang berisi senjata khusus untuk ninja. (Seperti yang dimiliki oleh semua shinobi).
"Ayo, Shori! Jangan mengeluh, sensei baru kita mungkin masih memiliki beberapa urusan yang belum selesai sebelum pergi untuk menemui kita," kata seorang gadis yang memiliki rambut panjang coklat diikat keatas (seperti Ino) dan memiliki poni yang tidak terlalu panjang. Dia mengenakan baju biru tua dengan simbol " konoha" di bagian depan, dikombinasikan dengan bolero hitam dan rok khusus untuk kunoichi berwarna biru halus dan celana pendek hitam di dalamnya (seperti Sakura). Sama seperti temannya, di bagian pinggangnya ada tas berisi senjata. Gadis itu melipat tangannya dan melotot ke arah teman berambut merah itu.
"Ya dia benar, jadi berhenti mengeluh otak burung!" Bocah lain mengejek. Berambut abu-abu (seperti Kakashi), memakai kaus lengan panjang coklat gelap dengan simbol "konoha". Bocah berambut abu-abu itu mengenakan celana pendek hitam dan dipinggang ada tas yang sama seperti yang lain. Dia terlihat lebih dewasa daripada bocah laki-laki berambut merah tadi. "Aku sudah tahu itu!! Tapi aku tidak sabar untuk mendapatkan misi! sehingga Aku bisa menjadi shinobi terkuat di desa ini!" seru si bocah berambut merah. Gadis dengan rambut panjang itu menggeleng-gelengkan kepalanya dan ia menghela napas, "Apa kau benar-benar berharap bahwa Hokage akan memberikan misi kepada anak-anak yang baru saja lulus dari Akademi?! Kau otak udang!" Gadis itu tampaknya telah kehilangan kesabaran. Sekarang gantian bocah berambut abu-abu yang berbicara. "Shori, daripada mengeluh, kau lebih baik memeriksa ulang senjatamu!" seperti gadis itu, ia juga kehilangan kesabaran. "Wow, terima kasih untuk mendukung saya!" kata bocah berambut merah, sangat sarkastis. "Kau tahu, sebenarnya ... selain tidak sabar untuk memulai pelatihan, aku merasa gugup," anak berambut merah itu mengaku. Teman-temannya terdiam. "Aku juga," pengakuan anak berambut abu-abu. "Jangan salah paham, aku gugup juga" pengakuan gadis berambut panjang juga terdengar. "Jangan khawatir, kita akan menghadapi ini bersama-sama sebagai sebuah tim!" Gadis itu memberikan semangat. Kedua anak laki-laki tersebut mengangguk dengan mantap.
Tiba-tiba, anak laki-laki berambut merah mengambil penghapus papan tulis di meja guru. "Apa yang kau lakukan?" tanya anak laki-laki berambut abu-abu. "Aku akan membuat lelucon kecil yang tidak berbahaya, untuk sensei kita." anak berambut merah berbisik, seperti yang ia katakan, penghapus papan tulis akan ditaruh di atas pintu sehingga ketika seseorang datang, penghapus itu akan jatuh tepat di kepalanya. Gadis berambut panjang itu memukul kepala bocah berambut merah itu. "Dasar bodoh! Kita harus menghormati sensei kita, bukannya membuat jebakan untuknya!" teriak gadis itu. Berambut merah anak meringis kesakitan, "Ouucchhh .. !! Aiko-chan, kenapa kau melakukan itu?". "Karena kau sudah keterlaluan, jadi aku merasa ingin memukulmu!" gadis itu masih tidak bisa menahan emosinya. "Tenang Aiko, sensei kita tidak akan jatuh ke jebakan kecil seperti itu .." kata anak berambut abu-abu.
Tiba-tiba pada saat itu, seseorang membuka pintu! Tapi jebakan itu tidak berhasil, penghapus papan tulis jatuh terlebih dahulu sebelum orang tersebut masuk. Ketiga anak sangat terkejut, dan mereka mengawasi orang yang masuk. Sosok seorang jounin pirang, lebih tinggi daripada mereka bertiga, dengan rambut agak berduri, mengenakan rompi jaket hijau dengan kemeja lengan pendek hitam, mengenakan celana hitam dan pelindung dahi menunjukkan simbol "Konoha" (Seragam Jounin). Si jounin pirang itu tidak mengatakan apa-apa tentang penghapus papan tulis ketika jatuh, ia hanya sedikit terkejut. "Ahhhh tidak! ... jebakannya tidak bekerja!" teriak anak laki-laki berambut merah. "Dasar bodoh! Jaga sikapmu, dia seorang jounin!" bisik gadis itu. "Kami sangat meminta maaf untuk ini, salah satu teman kami sangat bodoh untuk membuat perangkap ini," anak laki-laki berambut abu-abu meminta maaf dan membungkukkan badannya. Ini sensei baru kami? Dia tampak seperti orang bodoh, kata anak berambut abu-abu dalam pikiran. Apakah ini benar ini sensei baru kami? Saya tidak yakin, si gadis berambut panjang juga berbicara dalam pikirannya. Ya ampun, aku lebih baik pergi tidur daripada yang diajarkan oleh pirang bodoh ini ! Bocah berambut merah ini tampaknya juga berbicara di pikirannya.
Naruto's POV
Ya Ampun! Hari pertama pengenalan dan aku sudah dikerjain, sepertinya ini adalah anak-anak yang akan ku ajari, tetapi mereka tampak terlihat seperti orang tolol, terutama bocah dengan rambut merah itu. Tapi mereka membawa kembali kenangan ketika pertama kali aku dan yang lain bertemu Kakashi-sensei.Yah, lebih baik ku lanjutkan!
"Apa ini, kesan pertamaku bertemu murid-muridku adalah dikerjain? Aku berharap sambutan yang hangat, tetapi aku malah diebak oleh orang-orang bodoh seperti kalian," kata Naruto, dengan santai. Semua dari mereka terkejut. "Hei, siapa yang kau panggil bodoh! Kau harus melihat di cermin !!" timpal anak berambut merah. Naruto menghela napas. "Yah, kurasa tidak perlu untukku melatih kalian untuk menjadi shinobi ...." Naruto mengatakan karena ia tentang ingin keluar dari kelas lagi. "Tidak, tidak, tidak sensei, Abaikan saja dia! Jangan pergi! Kumohon ..." kata Aiko dengan wajah memelas. Kau sangat suka memelas ya.., keringat Naruto turun. "Apakah benar kau sensei kami?" tanya anak itu dengan rambut berwarna abu-abu. "Apakah kalian Tim tujuh?" tanya Naruto. Semua mengangguk serempak. "Jadi ya, Aku-lah sensei kalian." Naruto menjawab. Semua dari mereka sangat terkejut. "Sekarang, ikuti aku! Kita akan pergi ke puncak menara Hokage!" Perintah Naruto kepada murid-muridnya. Mereka mengangguk, dan mengikuti perintah sensei mereka.
-_-_-_-_-_-_ Di atas menara Hokage _-_-_-_-_-
"Pertama-tama sebelum kita mulai, saya ingin kita melakukan perkenalan," kata Naruto. "Perkenalan?" gadis itu tidak mengerti. "Sebagai contoh, katakan padaku apa yang kalian suka dan tidak suka, hobi, dan impian untuk masa depan, atau sesuatu seperti itu," kata Naruto dengan gaya kasual. Semua mendengarkan dengan seksama. "Mari kita mulai! Wanita dulu.." Naruto menunjuk kearah gadis berambut panjang itu.
"Umm .... namakuAiko Mizushi, apa yang kusuka adalah ... Maksudku orang yang kusuka ... umm ..." Aiko melirik ke arah anak laki-laki berambut merah kemudian berbalik kembali ke sensei nya dengan rona merah di pipinya, ia ternyata tersipu. Naruto tersenyum melihat pemandangan tersebut. "Hobi saya adalah membaca buku dan berlatih, dan impian saya untuk masa depan, saya ingin menjadi kunoichi medis, seorang pejuang yang baik dan shinobi yang sangat terampil." jelasnya. Naruto mengangguk. Aku pikir, aku melihat sosok Sakura-chan dalam dirinya, pikirnya. "Baiklah, kau berikutnya." Naruto menunjuk ke arah anak laki-laki berambut abu-abu.
"Namaku Senshi Taka, hal-hal yang kusuka...sepertinya tidak banyak, aku hanya menyukai senjata shinobi terbaru, hal yang tidak kusukai.....Kupikir ini tidak penting, sedangkan untuk hobi ku... aku mempunyai banyak hobi, impianku untuk masa depan....Aku tidak akan menyebutnya sebuah impian, tapi ambisi, ambisiku adalah untuk mengungguli seseorang, " kata anak itu. Sepertinya anak ini adalah campuran dari Kakashi-sensei dan Sasuke, keringat Naruto turun. "Kau yang terakhir," kata Naruto.
"Baiklah! Namaku Shori Yamaki, Aku menyukai...maksudku mencintai ramen dan sushi! Aku tidak suka orang-orang yang berbohong kepada diri mereka sendiri dan orang-orang yang mudah menyerah, hobiku adalah berlatih ninjutsu dan taijutsu, karena Konohamaru- sensei mengatakan bahwa ini kelemahanku....hehehe...dan berkumpul dengan teman-temanku, mimpiku untuk masa depan adalah untuk menjadi Hokage berikutnya! Jadi waspada terhadap semua orang yang ingin menjadi Hokage, mereka harus terlebih dahulu mengalahkan aku!" kata anak berambut merah bernama Shori. Naruto tertawa kecil. Jadi ini adalah deja vu, ya? pikirnya.
"Baiklah, sekarang aku tahu identitas kalian, aku akan membahas sesuatu yang penting untuk tes besok." jelasnya. "Tunggu sebentar runcing-kepala sensei!" bentak Shori. Keringat Naruto turun lagi. "Mengapa kau memanggilku runcing-kepala sensei?" dia mendesah. "Karena aku tidak tahu namamu," jawab Shori. Naruto tersentak sedikit. "Oh ya kau benar! Aku lupa! Namaku Naruto Uzumaki, aku suka Ichiraku ramen, aku tidak suka ... sepertinya itu tidak terlalu penting, hobiku ... ini tidak penting juga, dan mimpiku ... kurasa kalian tidak perlu tahu," katanya. Semuanya keringat turun. "Perkenalan macam apa itu?! Apa yang kau katakan adalah hanya namamu dan makanan yang kau cintai!" protes Shori. Naruto menaruh cengiran khas nya, dan tertawa lagi.
"Baiklah, kita semua sudah perkenalan, sekarang saatnya untuk serius." kata Naruto. Semua mendengarkan dengan seksama. "Besok, kalian akan menghadapi tes, agar kalian dapat menjadi genin," jelasnya. "Tunggu dulu! Bukankah kita melakukan tes di Akademi?" Tanya Aiko. "Ya, Aiko-chan benar! Mengapa kita harus mengikuti tes bodoh lain lagi ?!" Shori protes lagi. Sementara Senshi mendengarkan.
"Dengar, tes yang dilakukan di Akademi hanyalah sebuah tes yang berfungsi untuk menginformasikan tentang bagaimana untuk menjadi shinobi tapi itu tidak membuat kalian menjadi seorang Genin, kalian mungkin memiliki pelindung dahi, tapi itu tidak membuat kalian Genin. Tes yang akan kita lakukan adalah tes yang menentukan apakah kalian layak dipanggil Genin," jounin pirang itu menjelaskan. "Besok, berkumpul di tempat pelatihan pada pukul 08.00 pagi, bawa semua senjata kalian dan pastikan bahwa kalian tidak makan sarapan!" Naruto mengatakan dengan tatapan yang tajam. Semua terkejut. "Mengapa kita tidak diperbolehkan?" Protes Shori. Naruto melirik Shori. "Karena jika kalian melakukannya, selama tes ..... muntah akan menjadi satu-satunya hal yang kalian lakukan." katanya tanpa ragu-ragu. Shori, Aiko, dan Senshi terkejut bahwa hampir menahan napas. "Sampai jumpa besok!" Naruto mengatakan, saat melakukan tanda tangan, dan tiba-tiba ia menghilang di antara asap putih.
-_-_-_-_-_- Di Hutan -_-_-_-_-_-
"Sempurna, hari pertamaku keluar dari akademi, dan aku sekali lagi harus menghadapi tes bodoh!" Shori mengeluh. "Ayo, jangan jadi pemalas!" Aiko menyemangati teman berambut merah itu. "Jika kau ingin menjadi Hokage suatu hari, pertama kau harus menjadi Genin kemudian menjadi chuunin, jounin, dan akhirnya ditunjuk sebagai Hokage!" Aiko seru. "Ayo, mari kita pergi berlatih!" Aiko mengajak. "Mungkin nanti, Aiko-chan. Aku ingin makan siang dulu, setelah itu baru aku akan pergi berlatih." Shori berkata dengan nada malas. Dia menaruh tangannya di belakang kepala, berjalan sambil bersenandung malas.
"Kau memang seorang pemalas, tidak heran. Aku akan mengalahkanmu tanpa harus melatih." Senshi mengejek, angkuh. Langkah Shori berhenti mendengar ejekan dari anak laki-laki berambut abu-abu itu. Kemudian menoleh dalam sekejap. "Dengar, kau tidak memiliki hak untuk mengatur hidupku seperti itu! Aku bisa melakukan apa pun yang kuinginkan! Dan aku juga tidak akan dikalahkan oleh orang yang sok tahu seperti kau!" teriak Shori. Tatapannya tak luput dari wajah anak laki-laki berambut abu-abu itu. Dia berdiri menghadapi saingannya dengan tangan mengepal dan gemetar karena marah. "Oh ya? Karena hanya dengan satu pukulan dari tanganku, kau akan melambung pergi dari wajahku !!" balas Senshi, yang sekarang emosinya sudah tak terbendung. Shori dan Senshi keduanya geram. Aiko hanya berdiri di samping mereka, dalam keheningan.
Shori dan Senshi masing-masing mengambil kunai di kantong yang ada di pinggang mereka. Mereka saling menyerang dengan tendangan dan pukulan, bentrok kunai dan saling melempari shuriken terhadap satu sama lain. Shori mulai melakukan hand seal, "Fire Style: Fireball Jutsu!" Seketika, chakra api berbentuk bola besar keluar dari mulut Shori. Bola api itu menembak ke arah Senshi. Dengan refleks yang cepat, Senshi melakukan hand seal dan berteriak "Earth Style: Mud Wall" dinding lumpur yang sangat besar menghalangi bola api yang baru saja datang, dan Senshi mulai membuat hand seal lagi. "Earth Style: Mud Wave!" gelombang lumpur berkecepatan tinggi, meluncur kearah Shori. "Fire Style: Dragon Flame Jutsu!" Shori berseru, api besar berwujud naga menghancurkan gelombang lumpur yang dikirim oleh Senshi. Aiko yang melihat ini menjadi cemas dan memutuskan untuk melakukan sesuatu. Shori berlari menuju Senshi dan Senshi melakukan hal yang sama. Mereka berada dalam posisi pertempuran Taijutsu. Aiko terkesiap, dan sepertinya dia memiliki ide. Shori meluncurkan pukulan keras pada Senshi, sementara Senshi meluncurkan tendangan di Shori. Namun di tengah-tengah itu, Aiko muncul, melerai mereka. Aiko berada dalam posisi yang sangat mengejutkan. Tangan kanannya memegang pukulan dari Shori dan tangan kirinya memegang tendangan dari Senshi. Ini semua berkat Taijutsu-nya yang sangat baik.
"Bisakah kalian berdua berhenti!!" Aiko berteriak. "Aku tahu kalian saingan, tapi ini bukan waktu yang tepat untuk berkelahi!" ujarnya. Senshi dan Shori berpaling ke arah Aiko. Keduanya mengagumi keterampilan Taijutsu Aiko ini. "Nah, sekarang saatnya untuk makan siang. Shori benar, tidak mungkin jika kita dapat latihan disaat perut kosong." kata Aiko. "Jadi sebaiknya kita pergi ke warung makan, bersama-sama!" Aiko memeluk kedua temannya. Senshi dan Shori tersipu.
-_-_-_-_-_- Kembali di desa -_-_-_-_-_-
"Hei, lihat! Ichiraku Ramen tampaknya enak, mari kita makan di sana!" Shori seru sambil menunjuk ke arah sebuah toko yang terletak tidak jauh dari tempatnya berdiri. Shori berjingkrak kesenangan, dan berlari menuju toko ramen itu. Aiko hanya tersenyum pada teman berambut merah-nya itu, dan mengikutinya. "Hey! Tunggu aku!" Senshi mengejar dua temannya yang telah lebih dulu berjalan.
Naruto berjalan perlahan-lahan, sambil melihat ke arah kanan dan ke kiri. Anak-anak bermain dengan gembira, ada yang bercanda, tertawa, melompat-lompat. Sore itu adalah hari yang sama dengan setiap hari. Naruto menghela napas, kemudian menemukan sebuah toko makanan yang bertuliskan "Ichiraku", kemudian mencium aroma makanan favoritnya. "Rupanya, pak tua itu mengundangku untuk mampir." katanya sambil mempercepat langkahnya menuju Ichiraku.
Ketika ia tiba di toko, ia melihat 3 anak makan semangkuk ramen dengan tampilan akrab di wajah mereka. "Apa yang ?! Apa yang kalian lakukan di sini?" Naruto terkejut melihat tiga anak yang ternyata murid-muridnya. Shori berbalik dengan mulut masih penuh, Aiko berbalik sambil menyeka mulutnya dengan tisu, sementara Senshi berbalik dengan sumpit di tangannya. "Naruto-sensei!?" ucap mereka secara bersamaan. "Kami makan siang di sini, apa masalahmu?" Shori protes, setelah menelan. Naruto menggeleng. "Tidak, aku hanya tidak menduga kalian ada di sini." kata Naruto, yang kemudian duduk di samping murid-muridnya. "Hei pak tua! Satu mangkuk ramen!" Naruto memesan. Si pak tua itu mengangguk, dia memasak secepat yang dia bisa, dan kemudian ..... "Ini dia!" pak tua itu menyerahkan semangkuk ramen panas. "Terima kasih pak tua!" kata Naruto, sambil makan mangkuk ramen. Pria tua itu tersenyum, dan kemudian dia memanggil seseorang.
"Ayame!" memanggil orang tua. Tiba-tiba, seorang wanita dengan perut yang agak besar muncul di antara mereka. "Wah..wah..wah ... jika tidak pelanggan favorit kami!" Ayame menyambut. "Naruto!" Ayame memeluk jounin pirang itu dengan erat. Naruto memeluknya kembali.
Senshi, Shori dan Aiko menjatuhkan rahang mereka terbuka, melihat pemandangan itu. Sepertinya Naruto-sensei sudah sering datang ke sini, Aiko dalam pikirannya. "Ayame, kau tampak hebat! Bagaimana perut besar-mu?" Naruto bergurau. Ayame tertawa. "Terima kasih, Naruto. Kandunganku baik-baik saja. Ryoko sangat aktif selama Ibunya sedang bekerja." Ayame berkata, sambil mengusap perutnya. Naruto tersenyum. Ayame kemudian melirik tiga anak yang duduk di sebelah Naruto, dan tersenyum sinis.
"Jadi sekarang kau sensei, ya...??" Ayame bercanda. "Sebaiknya kau tidak mengajari mereka kenakalan-mu!" Ayame menggoda lagi, sambil tertawa terbahak-bahak. Naruto menyeringai lebar, tertawa dan menggaruk bagian belakang kepalanya.
Naruto-sensei sering datang ke sini sering? Bahkan ketika Naruto-sensei masih kecil? Tidak heran mereka mengenal satu sama lain, Senshi mengatakan dalam pikirannya. "Jadi, siapa nama kalian?" Ayame bertanya berkenalan. Shori-lah yang menjawab lebih dulu.
"Namaku Shori Yamaki, aku berusia 12 tahun, calon Genin baru, dan calon Hokage di Konoha!" seru Shori, sembari berpose sebagai pahlawan. Ayame tertawa sementara Naruto terkekeh. "Sepertinya kau punya saingan, nak!" Ayame berkata kepada Shori. "Huh, siapa?" Shori kaget. Ayame melirik sedikit ke Naruto, lalu kembali menatap Shori. Ayame tersenyum. "Seseorang yang sudah kau tahu" jawabnya, cekikikan. Shori memasang wajah polos, dan menggaruk kepalanya, karena dia tidak tahu siapa itu. Dan itu membuat Ayame tertawa lagi. Kemudian Ayami berpaling ke Aiko.
"Siapa namamu?" tanyanya. Ayame tersenyum ke arah Aiko. Aiko tersenyum kembali ke wanita hamil itu. "Nama saya Aiko Mizushi, 12 tahun, calon Genin baru, dan suatu hari akan menjadi Kunoichi medis terbesar!" Aiko mengatakan, bersemangat. Ayame mengangguk dan tersenyum. Kemudian beralih ke Senshi.
"Kau yang memiliki tampang paling serius disini, siapa namamu?" tanya Ayame. Senshi mendengus angkuh. "Namaku Senshi Taka, berusia 12 tahun, dan calon Genin baru, dan calon shinobi terkuat di Konoha." Senshi mengatakan, dengan nada biasa, berbeda dari yang lain. Ayame tersenyum.
"Hehe... sepertinya kau memiliki tugas berat, Naruto! Kau harus mengajarkan generasi baru Konoha! Jadi mereka bisa membuat kita bangga, menjadi shinobi konoha. Seperti dirimu .." kata Ayame. Naruto tersenyum. "Murid-muridmu sangat mengesankan, dan aku bisa melihat potensi mereka, mereka harus membuktikan diri kepada seluruh dunia bahwa mereka adalah salah satu shinobi terhebat Konoha." Ayame menasihati. Senshi, Aiko, dan Shori mengangguk dengan mantap. Dan Naruto tersenyum lebar.
-_-_-_-_- Dalam perjalanan pulang -_-_-_-
"Apa pun tes-nya, itu tidak akan menakut-nakuti kami! Kami pasti akan lulus tes dan menjadi Genin!" Shori menarik. Aiko tersenyum, Senshi mendengus, sementara Naruto terkekeh dan tersenyum.
Sensei dan murid-muridnya...berjalan bersama.....pemandangan yang indah...pengingat manis dari masa lalu dengan sesama rekan tim.....
Sampai bertemu di Chapter 2 ya...
Langganan:
Postingan (Atom)