
Okay...Ini dia fanfiction yang kalian tunggu-tunggu...Chapter 2! Silakan dibaca!
Sepulang sekolah...
Anak-anak kelas 8-1 membereskan tas mereka masing-masing dan bersiap-siap pulang. Disaat inilah, Miiko masih terdiam. Dan karena mendapat perlakuan seperti itu dari Miiko, Tappei makin merasa bersalah.
Di gerbang sekolah, Miiko berjalan sendirian, tanpa ditemani siapapun. Ternyata ada sesuatu yang membuat Miiko terhenti, tali sepatunya lepas. Dan ini merupakan kesempatan emas bagi Tappei jika ingin meminta maaf pada Miiko. Seusai membetulkan tali sepatu, Miiko langsung berjalan. Tanpa memperdulikan Tappei yang berdiri dibelakangnya. Bahkan Mari-chan, Yukko dan Kenta saja sampai kaget. "Aduh, bagaimana ini....situasi-nya semakin rumit, bagaimana caranya mempersatukan kedua orang ini ya?, Yukko bertanya kepada dirinya. Sepertinya, Miiko benar-benar sakit hati karena ucapan Tappei.
"Tappei, ayo kita ikuti dia.." ajak Kenta. Yukko dan Mari-chan juga sudah siap berjalan. "Ayo," ucap Tappei, tanpa ada setitik keraguan di suaranya. Mereka mengikuti Miiko yang berjalan secara sembunyi-sembunyi, agar Miiko tidak menyadari.
Saat di tengah perjalanan menuju rumah, Miiko melewati Toko buku. Ia berniat untuk mampir ke toko buku itu. Lantas, teman-temannya yang sedang bersembunyi juga mengikuti Miiko, tapi tanpa sepengetahuan Miiko. Tappei bersembunyi di balik rak buku, tepat didepan Miiko. Kenta bersembunyi di dekat kasir, berpura-pura berbicara kepada sang kakek penjaga toko buku, Mari-chan bersembunyi dibalik pot bunga, di dekat pintu keluar, sedangkan Yukko bersembunyi di rak buku tepat di belakang Miiko. Semua bersembunyi, tanpa suara, tanpa bergerak, agar tidak disadari oleh Miiko. Miiko ternyata ingin melihat sebuah komik. Kata Haruna (sahabat Miiko, di hai miiko! Jilid 25), komik ini adalah komik terbaru dan diambil dari kisah film. Film itu berjudul My Love to You, (nama film di hai miiko jilid 26). Film itu mengisahkan kisah percintaan yang kalau dipikir-pikir, memang sangat romantis. Jadi, ada seorang perempuan dan seorang laki-laki, mereka berdua adalah sahabat. Namun mereka berdua sering sekali bertengkar karena suatu hal sepele. Dan yang laki-laki, senang sekali mengejek yang perempuan. Tapi disaat pengakuan cinta si laki-laki, ia akhirnya mengaku kalau semua ejekan yang pernah diucap oleh laki-laki itu kepada perempuan itu, itu adalah pendekatan diri. Sebenarnya, laki-laki itu menyukai sekaligus mencintai perempuan itu. Dan setelah Miiko sudah mulai mengerti mengenai hal itu, akhirnya tumbuhlah ketertarikan terhadap film ini. Dan bahkan, Miiko juga mengoleksi kumpulan komik yang berdasarkan pada film ini. (Kalau dipikir-pikir, film ini mirip dengan kisah Tappei dan Miiko), Anyway..back to the story!
Miiko sampai-sampai numpang baca di toko buku itu. Tapi tak lama, karena....."Hei kau! Jangan numpang baca!" celetuk kasar si kakek penjaga toko buku. "Dasar! Dari dulu, si kakek tidak pernah berubah.." gerutu Miiko, dalam hati. Tappei dan yang lain saja hampir terkikik melihat Miiko dimarahi si kakek penjaga toko buku. Karena tak tahan dengan si kakek, Miiko memutuskan untuk membeli buku komik itu. Miiko berjalan kearah kasir. Dan untung saja, Kenta sudah bersembunyi di tempat lain. (Kenta bersembunyi dibelakang si kakek...hehehehe). "Pak, saya mau beli buku ini," ujar singkat Miiko. Si penjaga toko buku menatap Miiko dengan serius. "Kenapa sedih gadis kecil?" tanya si kakek. Miiko sampai kaget si kakek sampai berbicara seperti itu. Bahkan Tappei dan yang lain juga ikut terkaget. "Hei, aku tidak kecil!!" ucap Miiko. Tapi, kali ini, terlihat butiran air mata di wajahnya. Tappei, yang melihat kejadian ini merasa iba. Si kakek penjaga toko sampai kaget, tapi sepertinya beliau tahu ada apa yang terjadi. Miiko sampai menundukan kepala karena mendengar perkataan si kakek. "Hei, kau habis bertengkar dengan temanmu ya?" tanya si kakek (Tebakan yang tepat, Kek!!!). Miiko terbelalak kaget mendengar ucapan si kakek. Tapi karena tak mau membuat keributan di toko buku, Miiko dengan santai menjawab, "Iya,". Si kakek penjaga buku hanya mengangguk-angguk. "Kalau begitu, berbaikanlah dengan temanmu itu," nasihat si kakek. Lagi-lahi, Miiko kaget. Tapi kali ini, Miiko tidak menjawab, ia hanya terdiam saja. Si kakek pun hanya mengalah, dan Miiko segera membayar komik itu. Setelah membeli komik, Miiko pun berjalan keluar tapi dengan tampang agak sedih. Semua teman-teman yang melihat sambil bersembunyi langsung mengikuti Miiko dari belakang, tapi secara diam-diam.
Miiko's POV
(menghembuskan nafas) Aku harus bagaimana? Kenapa semua orang selalu mengejekku, dan menyebutku pendek. Apa karena mereka masih mengingat diriku saat kelas 5? Aku 'kan sekarang sudah berubah, kenapa mereka memanggilku pendek. Padahal aku sudah naik 40 cm! Tappei memang kadang-kadang keterlaluan!
Tak terasa, Miiko sudah sampai di rumah. Dan tanpa disadari dirinya, teman-temannya masih mengikuti. Tapi tiba-tiba......
"Teman-teman, aku lapar niihh.." keluh seseorang. Mari-chan, Kenta, dan Yukko menoleh ke belakang, ternyata Tappei yang mengeluh. Ya ampun...Tappei yang mau minta maaf malah dia yang mengeluh. Kenta menggeleng-gelengkan kepala. "Dasar Tappei!!" keluh Kenta dalam hati. "Ya sudah, kita mampir ke kedai makanan dulu, baru mampir ke rumah Miiko. Bagaimana, setuju?" usul Mari-chan. "Setuju," serempak Tappei, Kenta dan Yukko.
@Rumah Miiko
"Ma, aku pulang.." ucap Miiko, dengan lesu-nya. Mama menoleh kearah Miiko. "Loh, kok sudah pulang? Biasanya latihan basket sama Tappei," tanya Mama. "Aku lelah," dengan singkat Miiko menjawab. Mama hanya mengiyakan jawaban Miiko. "Biasanya kamu mampir ke rumah Mari-chan buat bantuin dia bikin komik, kalo nggak kamu janjian main sepak bola, tumben-tumbennya kamu pulang cepat," lagi-lagi Mama bertanya. "Nggak kok Ma," Miiko lesu sekali menjawab pertanyaan Mama, lalu menaruh tas-nya di atas sofa.
Karena cemas melihat putrinya begitu murung, Mama menghampiri Miiko. "Sayang, kenapa murung sekali....apa kau bertengkar dengan Tappei? Atau mungkin bertengkar dengan Mari-chan?" Mama merangkul Miiko dengan halusnya. Tiba-tiba...setetes air mata terlihat, mengalir dari Mata Miiko. Mama terbelalak kaget. "Kenapa Miiko? Kok menangis?!" tanya Mama. Air mata Miiko mengalir begitu deras. "Ma, memangnya aku pendek ya?" tanya Miiko, polosnya. "Nggak kok! Tinggi badanmu bertambah 40 cm 'kan?" Mama tersenyum. Miiko hanya mengangguk kecil. "Aku...diejek oleh Tappei, pendek. Aku awalnya marah sekali, tapi sekarang...aku benar-benar bingung, kenapa semua orang menganggapku pendek? Kenapa mereka begitu jahat? Kenapa Tappei begitu kejam!!" emosi Miiko menggeledar.
Mama mengusap-usap kepala Miiko, "Sayang, memangnya kamu masih belum menyadari ya?" senyuman Mama terlihat. Sekarang gantian Miiko yang kaget. "Maksud mama apa?" tanya Miiko. Mama malah menggeleng-geleng. "Kamu memang polos sekali," ucap Mama. Miiko makin bingung. "Kamu masih belum sadar kalau Tappei menyukaimu?" pertanyaan itu membuat jantung Miiko berdebar dengan kencang. "Eeehh..??!!?!" Miiko loncat dari tempat duduknya. "Mana mungkin dia menyukaiku, Tappei 'kan cowok terkenal di Hanagasaku, banyak sekali cewek yang menyukai Tappei dan ngasih cokelat ke Tappei pas Valentine, dan banyak juga cewek yang lebih cantik dariku," jelas Miiko, panjang lebar. "Kenapa dia menyukaiku kalau ada banyak cewek yang lebih baik dariku?" tukas Miiko. Mama hanya mendengarkan curhatan putrinya yang sudah remaja itu. "Iya, mungkin ada cewek yang lebih baik darimu, tapi diantara semua cewek itu, kaulah sahabat Tappei. Kau yang lebih tau sifat Tappei, kaulah yang sering bermain bersama Tappei. Bahkan kau sahabat Tappei sejak kelas 1 'kan?" Mama membalas ucapan Miiko. Miiko terbengong-bengong mendengar jelasan Mama. "Sayang, kamu mungkin tidak menyadarinya...tapi kekasaran Tappei itu sebenarnya adalah pendekatan. Jika seorang cowok menyukai cewek, pastilah cowok itu ingin mendekati cewek itu. Ada yang mendekati dengan cara selalu memberi hadiah, selalu memuji, bahkan selalu mengajak bermain. Tapi ada juga yang mendekati dengan cara sering bercanda atau mengejek. Seperti Tappei..." jelas Mama.
Selama Mama menjelaskan, jantung Miiko tak berhenti berdebar dengan kencangnya. Wajahnya memerah sekali. Mama menatap Miiko dengan sinis. "Hehe...sepertinya kamu juga menyukai Tappei ya..?" tanya Mama, senyuman sinisnya melebar. Wajah Miiko sekarang lebih merah daripada warna tomat. Saking merahnya, Mama saja sampai kaget. "Mama bagaimana sih?! Bukannya nasehatin anaknya yang baik....malah bercanda yang nggak-nggak!" Miiko kesal sekali. Mama tertawa kecil.
Karena saking kesalnya, Miiko berdiri...lalu..."Ma, aku mau jalan-jalan sebentar," remaja putri itu berjalan menuju pintu, lalu pergi...tanpa menoleh ke belakang. Padahal si Miiko masih pakai seragam sekolah loh...belum ganti baju.
Bersama yg lain...
"Bener nggak kalau seorang cewek itu seneng dibawain coklat?" tanya Mari-chan. Dengan refleks, Kenta dan Yukko menoleh ke arah Mari-chan yang sedang mengintip buku yang di bacanya. Buku itu baru dibeli Mari-chan, saat ia bersembunyi di toko buku tadi. Buku itu berisi tentang...hal-hal percintaan...(ciieee...Mari-chan udah mulai genit ni yee..). Nama bukunya, "Hari-hari bersamamu"
Tappei menggeleng-geleng dan tersenyum sinis kearah Kenta. Dan memasang raut muka jijik. "Sebenarnya, seorang cewek itu tidak mengharapkan hadiah dari seorang cowok, cewek itu berharap untuk mendapat perhatian dari cowok itu dan cowok itu juga selalu memberikan hadiah yang terindah yaitu kasih sayang yang tulus." jelas Yukko, sambil ng-*blush*. Karena mendengar itu, Kenta juga ikut-ikutan nge*blush*. "Waww Yukko! Perkataanmu hampir sama dengan yang ada di buku ini!" kata Mari-chan, sambil melihat lagi lembaran yang ada di buku itu. Yukko saja sampai kaget. "Benarkah?! Aku hanya menjawab sesuai dengan hatiku.." ujar Yukko. "Benar kok!" kata Mari-chan. Tak lama kemudian, mereka sampai di rumah Miiko.
Tok..tok..tok...
"Eh kalian! Ayo, silahkan masuk!" Mama membukakan pintu. "Makasih tante.." ucap Mari-chan. "Ayo, duduk!" Mama mempersilakan mereka duduk. "Tante, Miiko-nya ada?" tanya Mari-chan. Mama hanya menggeleng-gelengkan kepala. "Tadi Miiko pergi keluar, katanya mau jalan-jalan sebentar," jawab Mama. "Kalau boleh tau, Miiko-nya kemana Tante?" tanya Yukko. Semua memasang telinga. "Sayang sekali, Tante tidak tau, tadi dia bilang mau jalan-jalan sebentar. Tadi pas dia pulang, dia terlihat murung dan sedih, Tante bingung melihat sikapnya seperti itu. Seolah-olah Miiko memakai topeng," tukas Mama. Semua saling bertatapan. "Tante cemas, Tante nggak tau dia pergi kemana, kalau kalian mau cari dia, tolong bilang dia kalau lekas pulang," pesan Mama. Semua mengangguk serempak.
Miiko's POV
(menghembuskan nafas) Aku harus bagaimana? Kenapa semua orang selalu mengejekku, dan menyebutku pendek. Apa karena mereka masih mengingat diriku saat kelas 5? Aku 'kan sekarang sudah berubah, kenapa mereka memanggilku pendek. Padahal aku sudah naik 40 cm! Tappei memang kadang-kadang keterlaluan!
Tak terasa, Miiko sudah sampai di rumah. Dan tanpa disadari dirinya, teman-temannya masih mengikuti. Tapi tiba-tiba......
"Teman-teman, aku lapar niihh.." keluh seseorang. Mari-chan, Kenta, dan Yukko menoleh ke belakang, ternyata Tappei yang mengeluh. Ya ampun...Tappei yang mau minta maaf malah dia yang mengeluh. Kenta menggeleng-gelengkan kepala. "Dasar Tappei!!" keluh Kenta dalam hati. "Ya sudah, kita mampir ke kedai makanan dulu, baru mampir ke rumah Miiko. Bagaimana, setuju?" usul Mari-chan. "Setuju," serempak Tappei, Kenta dan Yukko.
@Rumah Miiko
"Ma, aku pulang.." ucap Miiko, dengan lesu-nya. Mama menoleh kearah Miiko. "Loh, kok sudah pulang? Biasanya latihan basket sama Tappei," tanya Mama. "Aku lelah," dengan singkat Miiko menjawab. Mama hanya mengiyakan jawaban Miiko. "Biasanya kamu mampir ke rumah Mari-chan buat bantuin dia bikin komik, kalo nggak kamu janjian main sepak bola, tumben-tumbennya kamu pulang cepat," lagi-lagi Mama bertanya. "Nggak kok Ma," Miiko lesu sekali menjawab pertanyaan Mama, lalu menaruh tas-nya di atas sofa.
Karena cemas melihat putrinya begitu murung, Mama menghampiri Miiko. "Sayang, kenapa murung sekali....apa kau bertengkar dengan Tappei? Atau mungkin bertengkar dengan Mari-chan?" Mama merangkul Miiko dengan halusnya. Tiba-tiba...setetes air mata terlihat, mengalir dari Mata Miiko. Mama terbelalak kaget. "Kenapa Miiko? Kok menangis?!" tanya Mama. Air mata Miiko mengalir begitu deras. "Ma, memangnya aku pendek ya?" tanya Miiko, polosnya. "Nggak kok! Tinggi badanmu bertambah 40 cm 'kan?" Mama tersenyum. Miiko hanya mengangguk kecil. "Aku...diejek oleh Tappei, pendek. Aku awalnya marah sekali, tapi sekarang...aku benar-benar bingung, kenapa semua orang menganggapku pendek? Kenapa mereka begitu jahat? Kenapa Tappei begitu kejam!!" emosi Miiko menggeledar.
Mama mengusap-usap kepala Miiko, "Sayang, memangnya kamu masih belum menyadari ya?" senyuman Mama terlihat. Sekarang gantian Miiko yang kaget. "Maksud mama apa?" tanya Miiko. Mama malah menggeleng-geleng. "Kamu memang polos sekali," ucap Mama. Miiko makin bingung. "Kamu masih belum sadar kalau Tappei menyukaimu?" pertanyaan itu membuat jantung Miiko berdebar dengan kencang. "Eeehh..??!!?!" Miiko loncat dari tempat duduknya. "Mana mungkin dia menyukaiku, Tappei 'kan cowok terkenal di Hanagasaku, banyak sekali cewek yang menyukai Tappei dan ngasih cokelat ke Tappei pas Valentine, dan banyak juga cewek yang lebih cantik dariku," jelas Miiko, panjang lebar. "Kenapa dia menyukaiku kalau ada banyak cewek yang lebih baik dariku?" tukas Miiko. Mama hanya mendengarkan curhatan putrinya yang sudah remaja itu. "Iya, mungkin ada cewek yang lebih baik darimu, tapi diantara semua cewek itu, kaulah sahabat Tappei. Kau yang lebih tau sifat Tappei, kaulah yang sering bermain bersama Tappei. Bahkan kau sahabat Tappei sejak kelas 1 'kan?" Mama membalas ucapan Miiko. Miiko terbengong-bengong mendengar jelasan Mama. "Sayang, kamu mungkin tidak menyadarinya...tapi kekasaran Tappei itu sebenarnya adalah pendekatan. Jika seorang cowok menyukai cewek, pastilah cowok itu ingin mendekati cewek itu. Ada yang mendekati dengan cara selalu memberi hadiah, selalu memuji, bahkan selalu mengajak bermain. Tapi ada juga yang mendekati dengan cara sering bercanda atau mengejek. Seperti Tappei..." jelas Mama.
Selama Mama menjelaskan, jantung Miiko tak berhenti berdebar dengan kencangnya. Wajahnya memerah sekali. Mama menatap Miiko dengan sinis. "Hehe...sepertinya kamu juga menyukai Tappei ya..?" tanya Mama, senyuman sinisnya melebar. Wajah Miiko sekarang lebih merah daripada warna tomat. Saking merahnya, Mama saja sampai kaget. "Mama bagaimana sih?! Bukannya nasehatin anaknya yang baik....malah bercanda yang nggak-nggak!" Miiko kesal sekali. Mama tertawa kecil.
Karena saking kesalnya, Miiko berdiri...lalu..."Ma, aku mau jalan-jalan sebentar," remaja putri itu berjalan menuju pintu, lalu pergi...tanpa menoleh ke belakang. Padahal si Miiko masih pakai seragam sekolah loh...belum ganti baju.
Bersama yg lain...
"Bener nggak kalau seorang cewek itu seneng dibawain coklat?" tanya Mari-chan. Dengan refleks, Kenta dan Yukko menoleh ke arah Mari-chan yang sedang mengintip buku yang di bacanya. Buku itu baru dibeli Mari-chan, saat ia bersembunyi di toko buku tadi. Buku itu berisi tentang...hal-hal percintaan...(ciieee...Mari-chan udah mulai genit ni yee..). Nama bukunya, "Hari-hari bersamamu"
Tappei menggeleng-geleng dan tersenyum sinis kearah Kenta. Dan memasang raut muka jijik. "Sebenarnya, seorang cewek itu tidak mengharapkan hadiah dari seorang cowok, cewek itu berharap untuk mendapat perhatian dari cowok itu dan cowok itu juga selalu memberikan hadiah yang terindah yaitu kasih sayang yang tulus." jelas Yukko, sambil ng-*blush*. Karena mendengar itu, Kenta juga ikut-ikutan nge*blush*. "Waww Yukko! Perkataanmu hampir sama dengan yang ada di buku ini!" kata Mari-chan, sambil melihat lagi lembaran yang ada di buku itu. Yukko saja sampai kaget. "Benarkah?! Aku hanya menjawab sesuai dengan hatiku.." ujar Yukko. "Benar kok!" kata Mari-chan. Tak lama kemudian, mereka sampai di rumah Miiko.
Tok..tok..tok...
"Eh kalian! Ayo, silahkan masuk!" Mama membukakan pintu. "Makasih tante.." ucap Mari-chan. "Ayo, duduk!" Mama mempersilakan mereka duduk. "Tante, Miiko-nya ada?" tanya Mari-chan. Mama hanya menggeleng-gelengkan kepala. "Tadi Miiko pergi keluar, katanya mau jalan-jalan sebentar," jawab Mama. "Kalau boleh tau, Miiko-nya kemana Tante?" tanya Yukko. Semua memasang telinga. "Sayang sekali, Tante tidak tau, tadi dia bilang mau jalan-jalan sebentar. Tadi pas dia pulang, dia terlihat murung dan sedih, Tante bingung melihat sikapnya seperti itu. Seolah-olah Miiko memakai topeng," tukas Mama. Semua saling bertatapan. "Tante cemas, Tante nggak tau dia pergi kemana, kalau kalian mau cari dia, tolong bilang dia kalau lekas pulang," pesan Mama. Semua mengangguk serempak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar